Telaah tembang Pangkur Bait kedua dari Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV pupuh 2 Pangkur.
“ Jinejer ing Wedhatama,
mrih tan kemba kembenganing pambudi,mangka nadyan tuwa pikun,
yen tan mikani rasa,
yekti sepi sepa lir sepah asamun,
samangsane pakumpulan,
gonyak-ganyuk nglelingsemi.“
Artinya:
“disusun di ajaran utama,
tidak boleh malas bermandikan budi kebaikan,
maka walaupun tua dan pikun,
kalau tidak mengolah rasa,
sungguh sepi dan hampa seperti sampah tersembunyi,
ketika diperkumpulan,
serba canggung dan memalukan“
Wedhatama bisa berarti ajaran yg utama yaitu ajaran budi pekerti atau akhlak mulia, akhlak mulia itu adalah inti dari ajaran Islam selain ajaran tauhid yaitu berserah diri kepadaNya. Apabila kita melakoni ajaran wedhatama maka jangan kita menghindar dari perbuatan baik dengan alasan apapun, kalau kita berniat bersedekah maka lakukanlah secepatnya sebelum niat itu luntur, apabila telah datang waktu sholat maka bersegeralah tunaikan sholat tanpa ditunda tunda, apabila kita menunda nunda kebaikan maka Allah juga akan menunda rejeki yg datang kepada kita demikian pula dengan sebaliknya.
Apabila kita sudah tua dan pikun tapi belum mengolah rahsa (hati terdalam/sirri) maka akan meyesal nantinya, tua dan pikun ini bisa berarti sudah mumpuni dibidangnya, sebagai contoh seorang profesor astronomi ketika mengetahui rahasia terdalam dari astronomi tanpa dilandasi ilmu mengolah hati terdalam maka kebingunganlah yg didapat karena hanya akal yg dipakai tanpa menggunakan hati, akal ketika berhadapan dengan yg tak terhingga akan mentok dan pusing, proofesor astronomi tersebut akan gamang dan bingung ketika menjelaskan teorinya dihadapan rekan2 sejawatnya karena teori tersebut hanya sebatas akal tanpa dilandasi nurani, maka gugurlah teori tersebut dan digantikan teori lain yg lebih sempurna. Intinya adalah segala ilmu pengetahuan kita hendaknya bersandar pada kebesaran dan kekuasaan Illahi supaya tidak bingung serta hampa tidak berguna dan pada akhirnya akan malu sendiri.
No comments:
Post a Comment