Gaya hidup di dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah gak karuan dibandingkan dengan gaya hidup remaja-remaja terdahulu. Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang
mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Atau juga gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif
atau bahkan bisa menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif bagi yang menjalankannya apabila tidak diimbangi dengan filter yang baik.
Seperti yang kita tahu walaupun tanpa pengamatan kita dapat melihat dan menyaksikan dengan jelas bagaimana gaya hidup remaja kita saat ini. Tidak usah dibahas panjang lebar tapi tentunya semua sudah paham. Bagaimana mereka mengadopsi gaya barat yang nyatanya tidak sesuai dengan norma-norma yang kita miliki. Lalu salahkan mereka? Sebagai pemilik jiwa muda mereka tentu ingin berekspresi dengan bebas, istilahnya mereka sedang mencari jati diri. Okey just leave about this, we talk it later. (Hmmm... Saya keceplosan lagi pakai bahasa planet.) okey kembali ke bahasa Indonesia tercinta.
Mari kita bahas satu demi satu segala sesuatu yang berhubungan dengan bobroknya remaja kita saat ini. Mulai dari seni berpakaian, gaya rambut, bahasa hingga sikap moralnya. (Kita tidak membahas remaja yang berprestasi karena yang demikian sudah terampil dan terarah untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang bisa dibanggakan)。 Skip..!
Beberapa kalangan mensinyalir merosotnya budi pekerti di kalangan anak dan remaja saat ini adalah bersumber dari permasalahan etika dan etiket. Seringkali orangtua geleng- geleng kepala melihat tingkah polah remaja dewasa ini. Mulai dari tata krama terhadap orang dewasa, kelakuan ugal-ugalan di jalan raya, hingga perilaku menyimpang,
seperti seks dan narkoba. Bentrok anak dan orangtua pun kerap terjadi lantaran remaja kurang memahami etiket bersopan santun. Rupanya, bahkan banyak remaja yang tak tahu dengan etiket. Berbagai kalangan mengganggap bahwa dihapusnya pelajaran budi pekerti dari kurikulum pendidikan Indonesia menjadi salah satu penyebab merosotnya etika dan budi pekerti remaja saat ini. Namun, hal itu tidak bisa serta merta dijadikan alasan sebagai rusaknya moralitas remaja sekarang ini.
Perbedaan antara etika dan etiket. Etika merupakan falsafah moral yang dilandasi agama, budaya, perilaku mana yang baik dan buruk. Etiket itu penjabarannya berdasarkan etika. Etiket adalah aturan sopan santun dan tata cara pergaulan yang
baik antara sesama manusia. “Etiket bisa disebut sebagai golden rules yang menyatakan perlakukan orang lain sebagaimana kamu yang ingin diperlakukan. Karena itu, orang yang memahami etiket memperlakukan orang lain dengan baik
dan respek, sehingga akan lebih diterima dalam pergaulan. Sebagai remaja, pasti ingin disukai banyak orang dan berhasil dalam pergaulan.
Etiket bisa diartikan sebagai rambu-rambu yang membantu mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam situasi tertentu. Hal utama yang juga menjadi dasar dari etiket adalah adat-istiadat atau tradisi dari daerah
dan negara tertentu. Prinsip-prinsip dalam etiket selalu tetap, tidak berubah, bersifat universal, dan tak terbatas waktu dan tempat. Terdapat tiga prinsip dalam etiket, yaitu respek, empati dan kejujuran. Sangat penting untuk menunjukkan penghargaan kepada setiap orang dengan kelebihan, kekurangan, kesamaan dan perbedaan yang ada.
Etiket Remaja tidak hanya mengenai cara bergaul yang benar, tetapi juga menyangkut tentang tentang berkehidupan dengan lingkungan manusia, alam dan segala isinya termasuk flora dan fauna. Bila berkaitan hubungan dengan sesama manusia maka komunikasi dan sosialisasi sangat memerlukan etika. Etika tersebut bisa saja mengenai cara berbicara, aturan sopan santun yang umum, sampai cara ber-gaul yang baik dalam situasi yang spesifik. Etika remaja juga meliputi komunikasi dengan orang lain, cara bersikap di depan umum, cara berbusana yang pantas untuk setiap kesempatan. Remaja yang memahami etiket akan lebih berhasil dalam pergaulan. Artinya ia sebagai remaja mampu menempatkan dan memposisikan dirinya bagaimana saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan yang sebaya ataupun dengan yang lebih muda.
Anak remaja kalau diajak ngomong biasanya cuek, orangtua kalau menasehati dibilang jadul, diajak bicara seperti tidak menganggap. (hayooo...ngaku. Saya juga koq dulu sering begitu atau malah sering juga ngeyel. Membangkang.)Masa remaja adalah fase transisi, dimana mereka seringkali coba-coba dalam melakukan sesuatu. Banyak hal sepele ternyata perlu diperhatikan remaja, seperti kebiasaan berkelompok atau nge-gank. Biasanya hal ini dipicu oleh gengsi sebagai anak gaul. Apa itu gaul yang sebenarnya? Nanti kita bahas.
Etiket sangat diperlukan bila remaja bersosialisasi dengan lingkungan mahluk hidup dan alam. Bila bersosialisasi berkomunikasi dengan mahluk hidup
bisa dengan manusia, binatang atau flora sekitar kita. Saat berkomunikasi dengan sesama manusia diperlukan tatakrama mulai dari etiket berkomunikasi, etiket di rumah, di sekolah, di tempat umum, di perjalanan, etiket dalam berbusana, serta dalam pergaulan.
Remaja juga diingatkan untuk belajar berbagai tata krama, dari mulai tata krama menghadiri pesta, bersilaturahmi, bepergian, mengemudi di jalan raya, merokok, sampai tata krama bergaul dengan orang lain dan lawan jenis, berkata tidak untuk ajakan kencan seks, narkoba dan miras. Remaja harus diberi pengertian, agar mereka tumbuh menjadi remaja yang penuh empati. Untuk mencapai sukses
dalam banyak hal, paling esensial yang perlu dimiliki oleh remaja dan generasi muda sekarang ini adalah etiket. Etiket harus bersandarkan pada etika. Etiket adalah kebutuhan hakiki.
Sebentar saya mau beralih ke bahasa yang biasa digunakan remaja saat ini. Saya yakin pasti bosen atau malah dianggap menggurui dengan tutur bahasa resmi seperti ini. Hanya untuk memudahkan bagaimana yang saya maksudkan itu bisa diterima.
"Ah gak gaul banget sich elu jadi anak?"
Kuper lu. Jadul. Kamseupay. Rempong. Kepo. Moge. Maho. Garing. Envy.dan seterusnya. Rasanya pada bangga sama istilah itu yach? Kalau kagak ngerti mah katanya gak gaul. Ahh.. Itu pikiran yang begitu itu justru norak. Did you check what is "Gaul"? Okey.. Mari kita lihat apa arti gaul dalam konteks bahasa Indonesia yang bener.
Gaul itu ialah berhubungan/berteman.
Let's check it out dalam penggunaannya.
1.Gaul yang berarti hidup berteman (bersahabat): ia tidak suka ~ dng orang yg tidak berpangkat ;
2. Gaul =>meng·ga·ul v mencampur; mengaduk; membancuh: ia ~ nasi itu dng kuah ; meng·ga·uli v 1 mencampuri; 2 cak menyetubuhi; mempergauli: suami harus ~ istrinya dng baik ;
3.Gaul dg imbuhan me-kan =>meng·ga·ul·kan v mencampurkan; mengadukkan: ia ~ beberapa butir telur pd adonan itu;
4. per·ga·ul·an n 1 perihal bergaul; 2 kehidupan bermasyarakat;
5. mem·per·ga·uli v mengajak bergaul; menggauli: ia hanya mau ~ orang yg sederajat dng dia ;
6.mem·per·ga·ul·kan v mencampurkan; menggaulkan; mempertemankan: ayahnya ~ anaknya dng anak-anak di kampungnya.
So, gaul itu gak cuman yang paling update dengan gaya dan fashion ataupun lifestyle sekarang ini. Pemikiran yg kek gitu itu justru malah membuat kita terkungkung dalam pemikiran yang terkotak-kotak. (Ah..elu bawel banget sich Ay. * mungkin ada yang demikian but anyway it is okey gue bawel.) But at least. Yuk lanjutin baca dulu..!
Yuupp...!
Saatnya gue bahas tentang kebiasaan anak mude sekitar gue sekarang. Weyyheeyy... Ajibb lagi pada ngetrend ngikutin gaya artis idolanya. But it's okey nevermind. Yang jadi masalah kalau elu kagak bisa ngontrol diri elu sendiri buat ngikutin gaya artis idola elu. Sebut aja para fans Kpop misalnya. Korean Pop gitu dech. Ceritanya.
KPOP terus menjalar kayak virus, dunia hiburan Korea seakan makin kuat mengakar, dan melebihi budaya lokal, yang kian lama semakin tak terdengar.
Bagi seorang penggemar (fanatik), pesohor-pesohor K-Pop lebih mengena di hati melebihi apa pun, termasuk buat dirinya sendiri. Ajaib kan. Ampe segitunya.
Misalnya salah satu temen gue yang ngefans berat sama Suju, para fans inilah yang biasa disebut ELF (extra Lebay Fans) itu versi gue. Gue juga pernah dengerin lagunya Suju cuman ya kagak perlu lah segitu tergila-gilanya ampe gak kontrol kel temen gue satu ini. Sebut aja nama temen gue si Ocha (Nama panggilan) Sebelum gue nulis gue udah ijin ke dia buat share pengalaman dia.
Sekedar nahan laper dua hari, buang air kecil di celana serta berdesak- desakan di ruangan sempit dengan udara terbatas nyatanya tidak cukup menyiksa demi mendapatkan selembar tiket Super Junior Concert.
Dogma yang ditancapkan oleh 2PM, MBLAQ, Big Bang, B2ST serta puluhan pelaku K-Pop lainnya seakan lebih sahih dari sekadar ajaran kebaikan seorang guru, nasihat yang disampaikan orangtua, dan seruan beribadah dalam agama. (Bughhh... Dosa mah urusan pribadi nape elu yang repot Ay? Hehehee... Baca dulu elu mah kagak usah sewot duluan yeh.)
Elu tau napa gue mau share pengalaman si Ocha?
Soalnya si doi musti rela mengulang satu mata kuliahnya di semester berikutnya, Si Ocha kagak ikut Ujian Akhir Semester (UAS), demi mengantri tiket konser Super Junior (Suju) yang belum lama di Jakarta.
"Ya ampun, Suju, pokoknya gue harus nonton, persetanlah ama UAS, bisa pingsan gue kalau sampai ngelawatin konser dia. Apalagi kalau ngeliat Siwon ngedance sambil buka baju, ahhhh…bisa mati berdiri kali gue." curhatnya. Hehehee...sekarang mah lagi nyesel anaknya jadi buat elu2 biar bisa ngambil hikmah aja kagak usah segitu overnya jadi fans. Si doi musti ngambil jatah duit kuliahnya Rp. 1,7 juta cuman ditukar sama tiket Suju. O em Ji... OMG itu ngetrendnya. Mewek mah udah kagak guna sekarang, bayangin aja ngulang mata kuliah yang elu gak suka tapi mau gak mau elu tetep harus ngulang.
Heheh... Artis korea itu paling ngetren dg kasus binuh dirinya slain fashionnya yg sllu update.
Sepanjang tahun 2010 dan 2011, selebriti yang bunuh diri di antaranya aktor Choi Jin Shil, bintang ‘Winter Sonata’ Park Yong Ha, mantan personel
girlband SSEN Lee Hye Rin, aktris Park Hye Sang, sampai mantan personel SG Wannabe Chae Dong Ha. Daftar itu tak berhenti sampai di situ, elu bisa check sdri lainnya. Okey kita balik lagi sama gaya hidup remaja kita.
Gue mau balik ke bahasa Induk dulu sebentar..!
Bahasa Indonesia adalah salah satu aset penting bangsa Indonesia yang perlu dijaga kaidahnya. Kenapa? Karena Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa resmi yang membantu berbagai suku di Indonesia untuk berkomunikasi secara baik. Namun Bahasa Indonesia yang sajatinya menjadi penghubung suku bangsa, malah mengalami intervensi yang luar biasa seiring perkembangan zaman.
Nah.. Berbicara soal bahasa sekarang ini lagi marak bahasa anak Alay. Apakah Alay itu? Alay itu Anak Layangan..! Loh.. Alay kan istilah gaul sekarang kok ujungnya anak layangan ya? “Alay merupakan singkatan dari anak layangan (maksudnya itu kampungan yang digambarkan dengan anak berbadan kecil hitam yang suka main layangan. Padahal yang suka main layangan belum tentu kampungan. Dan gak semua orang kampung itu pemikirannya terbelakang. Alay bisa juga diartikan anak lebay. Merujuk pada gaya hidup berlebihan dan selalu berusaha menarik perhatian. Narsis."
Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang penerapan bahasa Alay sudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang lebih parahnya lagi sudah bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah
kosa katanya bahkan cara penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun menceng jauh dari
yang dimaksud.
Media menjadi salah satu sarana penyebaran bahasa alay secara cepat, sebut saja sinetron dan acara televisi lainnya, anak-anak muda di daerah yang awalnya hanya tau menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah, akhirnya terbawa arus juga
untuk menggunakan bahasa alay bahkan sarkasme. Jadi media yang sejatinya mampu mengedukasi generasi muda dalam berbahasa malah menjadi sarana yang mengedukasi salah dalam berbahasa. Pengguna bahasa gaul itu sendiri sudah merambah ke semua umur, alasannya sederhana, agar terdengar santai dan bersahabat. Alasan ini mungkin bisa diterima, mengingat Bahasa Indonesia itu sendiri terdengar kaku dan formal bila digunakan untuk bercanda. Dan lagi penggunaan Bahasa Indonesia yang bercampur kode dengan bahasa gaul, prokem, slang, ataupun bahasa daerah selagi tidak dipakai dalam situasi formal tidaklah
perlu dirisaukan. Namun, yang menjadi kerisauan kalau ragam formal bahasa Indonesia (baku) itu digunakan tidak sebagaimana mestinya. Terlepas dari itu semua, alangkah baiknya bila kita lebih berperan aktif untuk berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik.
Bayangkan teks sumpah pemuda kalau menggunakan bahasa alay seperti dibawah ini.
Smph PMd
prtm :
kaM ptR Dn ptr 1ndn5 mn6k3 BRt0mP4H dRh jN6 5t03, t4nh Ar 1ndn5
KD0 :
km P0tr4 dn p03tr1 1ndon35, mN64k brBngs jng sT, Bn65 1nDn3514
kT6 :
KAM Ptr dn p3tr 1ndNs M3n6j3nj0En6 bH54 pr5tn, BH45 1Ndn3514
Pusing? Saya pusing banget.
Bahasa gaul atau yang populer di kalangan anak muda dengan sebutan bahasa Alay (Anak Layangan), benar-benar sudah menjadi bahasa favorit dikalangan anak muda ketimbang bahasa Indonesia itu sendiri. Kenapa? Karena anak muda sekarang butuh sebuah pengakuan untuk disebut anak gaul. Jadi tidak pakai bahasa alay maka tidak disebut anak gaul, dan status sosial seseorang lah yang paling mempengaruhi penggunaan bahasa itu sendiri. Dan karena pembiasan dalam menggunakan bahasa alay-lah, maka bahasa ini makin populer dikalangan anak muda ketimbang Bahasa Indonesia itu sendiri.
Dampak positifnya :
Dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih creative. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi, tepat, media dan komunikan yang tepat juga. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa Alay itu adalah seni. Dengan mengkombinasikan antara huruf dan angka, setidaknya membuat orang lain untuk lebih mencermati bahwa kombinasi itu bisa di baca. Atau mungkin juga bisa jadi sebuah simbol atau kode rahasia. Itu kalau memang kreatif.
Dampak negatifnya
Penggunaan bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa Alay . Karena, bahasa Alay tidak masuk ke dalam tatanan
bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa Alay . Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa Alay sebagai komunikasi. Maka sebaiknya bahasa-
bahasa Alay digunakan pada tempat, situasi dan forum yang tepat. Dan rasanya sungguh tidak tepat dan tidak sopan apabila ada seorang mahasiswa sms kepada dosennya dengan bahasa Alay.
(Paq, ri n1e sai4 tiD4q bic4 nGikued m4t4 kuli4h B4p4q. M0hoN ij13N pr1kc4 ke doQt3r.)
Ini salah satu sms yang diterima bang Zizall dari mahasiswanya yang kemarin sempat diceritakan ke saya. Hehehehehehe... Saya hanya bisa geleng kepala.
Bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Pengaruh bahasa alay terhadap Bahasa Indonesia.
Para ABG yang gemar bertutur Alay dalam tulisannya sudah jelas merongrong keutuhan Bahasa Indonesia. Bila dalam satu kalimat ada kata-kata gue dan elu mungkin tidak terlalu mengganggu sebuah makna. Tapi pada saat sebuah kalimat dan semua kata-kata yang ada dalam kalimat itu disingkat dan dibubuhi angka sebagai huruf, artinya menjadi kabur dan banyak tafsiran. Dalam Alay memang
tidak ada singkatan baku, kita bebas menyingkat kata sendiri dan membiarkan pembaca menafsirkannya dengan panduan kata sebelum dan sesudahnya.
Apabila kegemaran ini berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia. Tidak
berbeda dengan bahasa lisan artis dan pejabat kita yang mau bergaya dengan sisipan bahasa asing.
*Saya termasuk juga ya, tapi bukan gaya hanya saja sudah kebiasaan hidup dilingkungan orang asing.
Untuk di perhatikan. Bahasa Alay tidaklah salah, semua bahasa digunakan sebagai alat untuk bermokunikasi. Termasuk bahasa Alay dan bahasa daerah. Namun bahasa daerah bukan dikategori bahasa Alay meskipun terkadang terderang aneh,
karena bahasa daerah merupakan bahasa yang telah membudaya dari leluhur dan seharusnya dilestarikan. Tetapi untuk tetap menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ada baiknya kita mengetahui kapan, dimana dan pada saat apa
semua bahasa-bahasa itu digunakan. Ketika kita berkumpul dengan komunitas yang berkomunikasi dengan bahasa Alay maka tidak ada salahnya. Begitu pula menggunakan bahasa daerah.
Fenomena lainnya ialah penggunaan bahasa asing. Termasuk saya pribadi. Sering kali dalam kalimat-kalimat terucap istilah asing. Tidak nasionalis bila cenderung menggunakan bahasa asing? Iya memang.
Ini salah satu kalimat yang sering terdengar, terutama warga Indonesia yang memasukan kata-kata asing kedalam ucapannya sehingga akan terdengar kebarat-baratan. Yang paling terkena
dampak kalimat tersebut adalah warga Indonesia yang menetap lama di luar negeri. Mungkin termasuk saya dan teman-teman yang sudah lama hidup di luar negeri. Lingkungan/demografis
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola berbahasa seseorang. Lagi pula, bahasa merupakan kalimat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungan, jadi mau tidak mau, suka atau tidak suka, maka warga di luar negeri harus menggunakan bahasa setempat. Karena tidak mungkin saya menyapa orang-orang sekitar saya dengan bahasa jawa (di lingkungan kerja)"Sugeng enjing, bu. Sumonggo nderekaken sarapan." (Selamat pagi, bu. Mari ikut makan pagi."
Karena memang bukan pada tempatnya saya berbicara bahasa jawa atau bahasa Indonesia. Kalau pun masih terselip istilah bahasa asing hal itu sedapat mungkin harus kita hindari.
Tidak sampai disitu, fenomena dalam menggunkan bahasa asing ini juga dipicu oleh kemodernisasian, sikap bangsa Indonesia terhadap Bahasa Indonesia cenderung ambivalen, sehingga terjadi dilematis. Artinya, di satu pihak kita menginginkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman serta mampu merekam ilmu pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain kita telah melunturkan identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemodernan Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa kini lebih cenderung menggunakan bahasa asing sebagai bagian dari hidupnya jika mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman. Bukan masalah ketinggalan zaman yang harus diperhatikan namun sedapat mungkin kita harus tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Tidak bijak rasanya jika berbahasa asing hanya untuk sekedar gaya-gayaan.
Dalam konferensi pers atau pidato kenegaraan pun, bahasa presiden seolah tak bisa lepas dari pengaruh bahasa asing. Di hari menyambut kemerdekan RI ke 67 pun (16/08/2012), pidato SBY tetap saja menggunakan bahasa asing sebagai pelengkap
isi pidato, kata asing itu dapat kita temukan dalam pidato SBY berikut:
“…Sebagai bentuk terima kasih kepada para founding fathers dan para pemimpin terdahulu, marilah kita terus bersatu dan bekerja lebih keras lagi…”.
Dan lagi,
“…terciptanya keamanan pangan dan energi, pembangunan infrastruktur, proteksi sosial, financial inclusion ,…”
Atau ini,
“….Pro-Rakyat yang saya canangkan sejak awal, tetap didasarkan kepada empat pilar utama: pro-growth, pro-job, pro-poor, dan “
Kebanyakan, istilah asing yang digunakan oleh SBY sebelumnya diikuti dengan arti dalam bahasa Indonesia. Ada implikasi dari sikap berbahasa demikian, salah satunya adalah seolah SBY tidak
yakin jika pesan yang hendak disampaikannya tidak akan ‘terkirim’, tidak dipahami oleh khalayak jika tidak melengkapinya dengan terjemahan bahasa asing. Jadi pemerintah yang seharusnya melindungi Bahasa Indonesia, ternyata pemerintah juga lah yang mencederai Bahasa Indonesia itu sendiri, ironis.
Keesksistensian Bahasa Indonesia itu sendiri, hendaknya mendapat perhatian nyata dari institusi. Dan secara teoritis, pemerintah Indonesia sangat mendukung vitalitas Bahasa Indonesia (Vitalitas disini merujuk pada intensitas dan eksistensi sebuah bahasa). Hal tersebut terbukti dengan diundangkannya UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. UU ini juga kemudian disokong oleh Peraturan Presiden 16/2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya. Dan lagi, Kementerian Perdagangan pun merilis Permendag No. 19/M-DAG/PER/5/2009
tentang Pendaftaran Petunjuk (Manual) dan Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual dalam Bahasa Indonesia bagi Produk Telematika dan Elektronika. Permendag tersebut di samping melindungi hak linguistik pengguna produk dalam dua jenis
(telematika dan Elektronika) tersebut, juga membantu meningkatkan vitalitas Bahasa Indonesia. Sayangnya, Permendag tersebut belum mencakup semua produk impor.
Lalu kenapa masih ada beberapa warga Indonesia yang masih malu bahkan kurang paham penting nya berbahasa Indonesia? Fenomena ini memang sering kita temui di negara kita sendiri tapi taukah kita akan fakta menarik dari bahasa itu sendiri?
Berikut fakta menarik Bahasa Indonesia:
1. Bahasa Indonesia menduduki peringkat 3 di Asia dan peringkat ke 26 di dunia dalam hal tata bahasa terumit di dunia.
2. Bahasa Indonesia juga mendunia di dunia maya, buktinya wikipedia berbahasa Indonesia telah menduduki peringkat 26 dari 250 wikipedia berbahasa asing di dunia dan peringkat 3 di Asia setelah bahasa Jepang dan Mandarin, selain itu
Bahasa Indonesia menjadi bahasa ke 3 yang paling banyak digunakan dalam postingan blog di wordpress.
3. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi kedua di vietnam sejak tahun 2007
4. Bahasa Indonesia masuk kedalam 10 besar bahasa yang paling diminati di seluruh
dunia.
Dari semua penjalasan diatas maka sebagai warga Indonesia, sudah seharusnya kita merasa bangga berbahasa Indonesia dan menjaga kaidah baku bahasa itu sendiri, agar tidak hilang oleh adanya perkembangan zaman dan intervensi dari bahasa lain. Salah satunya dengan aktif dan tepat dalam menggunakan Bahasa Indonesia itu sendiri, dan janganlah Bahasa Indonesia itu menjadi bahasa sarkasme di generasi muda. Dan lagi, Bahasa Indonesia yang memiliki peranan sebagai alat komunikasi hendaknya masih mendapat perhatian serius dari kita semua ditengah-tengah negara yang kaya akan suku bangsa. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi yang akan menjaga Bahasa Indoensia? Namun ingatlah “Tidak ada satupun negara didunia ini yang monolingual secara murni”.
Selebihnya mengenai gaya hidup remaja kita yang semakin memprihatinkan haruslah menjadi perhatian orang tua dan lingkungan. Bagaimana pun mereka aset bangsa kita dimasa depan. Kita memang tidak mampu mengontrol dan mengarahkan pola pikir remaja selayaknya hipnotis menguasai alam pikiran bawah sadar manusia. Tetapi dengan memberikan contoh yang mendidik dari orang-orang teedekatlah akan mampu mempengaruhi gaya hidup remaja saat ini. Sudah banyak contohnya yang terjerat dalam kubangan narkotika, miras, tawuran dan seks bebas. Gaya hidup remaja saat ini biasanya tidak jauh dari idolanya mulai lifestyle, gaya berpakaian, potongan rambut ataupun pilihan berkarakter. Jangan hanya karena mengejar istilah "GAUL" sehingga remaja-remaja saat ini termasuk saya justru terjatuh dalam pemahaman yang salah.
Gaul menurut saya adalah seseorang yang mempunyai pemikiran dan pengetahuan yang luas serta mampu menempatkan dirinya dalam bersosialisasi dengan lingkungnya. Cerdas dalam memilah dan memilih mana budaya yang pantas untuk ditiru atau ditinggalkan. Gaul adalah kamu itu mengerti mana yang cocok untukmu tanpa memaksakan segala sesuatu yang justru akan terkesan norak bila dikerjakan. Yuk jadi remaja gaul yang tidak sekedar gayanya saja.