Searching

Saturday, 13 July 2013

Bukan Hanya Sebatas

Apa itu cinta?
Manusia masih terus mencari apa itu cinta. Mereka berusaha menerjemahkannya dalam berbagai kalimat. Ada yang pernah bilang bahwa, “Cinta adalah pengorbanan“. Bagaimana bisa dikatakan demikian? Jika ketika aku merasa berkorban berarti cinta di dalam diriku telah pudar. Ia terkalahkan oleh perasaan merasa telah berkorban. Lalu apakah cinta tidak butuh pengorbanan? Tidak.

Ketika cinta telah diracuni perasaan berkorban maka yang ada ialah kalkulasi. Menghitung dan menghitung apa yang telah dikorbankan. Sebanyak apa. Apa saja. Semuanya dihitung dengan barometernya. Maka yang demikian ialah matematika. Hitungan. Sedang dalam cinta tidak ada yang namanya perasaan merasa berkorban.

“Semua telah aku berikan tapi apa yang kamu lakukan kepadaku? Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu?“  Pernah mendengar kekasih kalian berkata demikian? Maka kandaslah cintanya. Ini bukan lagi cinta, sebab cinta tidak akan menyebut pengorbanannya. Lha wong pengorbanannya itu tidak seberapa dibanding cintanya, jika ia benar-benar cinta.

Keindahan dalam cinta itu ialah mencintai. Apapun dan siapa pun. Bahkan tidak mengharap sesuatu/sesiapa itu berbalik mencintainya. Mencintai bagi sang pencinta ialah keindahan dalam percintaan. Ia tak harus bersambut tangan, ia tak harus dikatakan, tak harus disampaikan. Tunggu-tunggu. Bagaimana bisa aku katakan tak harus disampaikan? Ya harus dong, harus disampaikan. Tetapi sampaikanlah dengan cara pecinta mencintai cinta.

@melonov: Hayah.. Mbulet Ay. Apa maksudnya ini?

Begini-begini. Dalam sebuah chat intern dengan salah satu teman amburadulku aku pernah membahasnya. Tepatnya aku selalu lupa kapan terakhir chat dengannya, Melonov.
Seapes-apesnya seorang pecinta ialah ia yang tak berani mengungkapkan cintanya. Sudah masuk dalam katagori Nelongso Akut . Konon katanya lebih mirip pecundang. Tetapi ya tidak perlu harus mengungkapkannya secara ekstrim. Bisa melalui gerakan bahasa tubuh, melalui bahasa mata ataupun bahasa bibir. Tetapi bukan aku menyuruh kalian melirik sampai belekan . Bisa jadi itu lebih norak. Ada banyak pecinta yang mati penasaran, hanya karena tidak berani menunjukkan bahwa ia mencintai seseorang. Mengenaskan.

Okey, kembali kepada bahasan mengenai apa itu cinta?

Sepertinya ketiak-ketiak cemara pun ikut menerjemahkan bahwa cinta itu seperti desir-desir angin yang menghembusnya. Lalu apakah semilir juga cinta?

Cinta tak terjemah. Tidak oleh tata bahasa dan gerakan. Tidak terjemah sekalipun. Cinta ialah sesuatu yang sakral. Antara kau dan kekasihmu. Antara kau dan keluargamu. Antara kau dan teman-temanmu. Antara kau dan musuhmu. Dan yang terpenting ialah antara kau dan DIA. DIA DIA dan DIA. Walau bisa jadi memang antara kau dan aku. Aku? Iya. Kau dan aku pun tertaut karena cinta. Entah siapa pun engkau terpaut dengan padanganku ataupun tidak. Tetapi jika kau membaca ini, tertautnya itu karena cinta. Cinta sebagai sesama manusia.

Ini tentang sebuah. Bukan hanya sebuah. Meski mungkin telah terlewatkan ribuan mil jaraknya. Tak tertuju sinar mata. Tidak terjumpa badannya. Jumpa?

Jika bagimu pertemuan ialah tubuh bertemu tubuh maka sesungguhnya tidak bisa dikatakan bertemu. Bagaimana kau yakin bertemu? Mungkin tubuh bisa kau peluk tapi hati entah hinggap dimana. Maka pertemuan itu tak mesti tubuh bertemu tubuh. Mata menatap mata. Tanpa bertatap mata pun aku tetap selalu bertemu denganmu. Kenapa tertawa? Kau tak percaya? Bagaimana aku bisa berlari jauh jika setiap pandanganku adalah dirimu. Maka engkau menjelma disetiap sudut ruanganku.

Kadang bertemu tak jua selalu itu. Bisa jadi bertemu ialah hati yang sama-sama mengirimkan lantunan al-fatihah. Bertemu dalam kediaman do'a. Maka menurutku pertemuan yang paling indah ialah ketika kita saling bertemu dalam sentuhan dahi kepada tanah. Sujud. Bertemu dengan saling mengirimkan do'a yang terbaiknya.

Terkadang manusia sering dibuat bingung dengan cinta. Bingung? Itu karena kamu tidak mengenalinya. Bagaimana bisa kenal jika terhadap cintaNya saja kamu acuh? Mengenal cinta dan mengendalikan rasa cinta itu sendiri ialah dengan mengenali cintaNya. Iya, cintaNya. Bukankah DIA Maha Pecinta?

@Rey: Aku bingung mbak sma perempuan. Kadang dia baik, kdang bawel dan marah2 ga jelas.

Heeheheheehee.... Saya saja yang perempuan kadang bingung. Kenapa bisa begitu. Tiba-tiba sedih secara gak jelas dan marah-marah gak jelas. Apakah mungkin ini sydrome baby blues? Hushh.... Itu kan khusus emak-emak habis melahirkan.

Jangan terburu-buru menyimpulkan kecurigaanmu. Bisa jadi kemarahan ialah cinta yang menyamar. Seperti cemburu ialah rindu yang menyusup. Biarkan saja perempuan marah-marah. Cukup dengarkan jangan ditanggapi sedikitpun. Yach, walaupun kalau tidak ditanggapi justru lebih parah. Biarkan dulu dia olahraga beberapa jam. Nanti kalau sudah reda baru tanya, “capek gak marah-marah?“ kasih air minum. Hehehee..... Bercanda ya. Tetapi memang jurus yang tepat ialah cukup didengarkan. Perempuan ngomel itu cuma minta didengarkan tidak dijawab. Kalau toh dia sudah capek pasti akan menyadari betapa dirinya sungguh-sungguh memang terlalu.

Cinta tak terlepas daripada rindu. Lalu jika kamu merasa mencintai seseorang apakah selalu dibarengi rindu? Rindu dengan sesuatu yang bahkan kamu tidak tahu itu. Bahkan terkadang kemarahannya pun kau rindukan.

Tetapi apakah kau juga merasa rindu padaNya? Paling tidak rindu pada jawaban atas do'a-do'amu. Jika manusia merasa rindu maka ia akan mencari jalan mendekatiNya. Agar tidak ada lagi jarak antara hatimu dan DIA. Sebab kau tak mau menciptakan ruang rindu yang menyekat. Kau ingin selalu menghadirkanNYA hanya karena rasa cintamu kepadaNYA. Bukan ketakutan. Yach, kita tidak perlu takut. Tetapi yang perlu kita tumbuhkan ialah rasa cinta kita terhadapNya bukan rasa ketakutan yang mendalam.



Seperti begitu pun padamu, kekasih
Bagaimana rindu akan datang kepadaku?
Jika setiap detak ialah namamu.
Bagaiamana kau berani merasa sendiri, kekasih?
Jika dalam setiap sujud aku memelukmu,
Memeluk hatimu,
Memeluk ruhmu,
Memeluk nafsmu,
Memeluk  serangkaian dirimu diluar tubuhmu,
Dalam alifku
Memelukmu dengan cintaku terhadap CintaNya lebih dulu.
Kau rasakan itu kan, kekasih.
Aku memeluk tapi bukan tubuhmu yang ku rengkuh.


Seharusnya memang tidak ada rasa takut kehilangan terhadap suatu atau sesiapa pun kan? Bagaimana yakin merasa kehilangan jika selalu tertanam di dalam hatimu? Bagaimana mungkin merasa jauh, jika jarakmu ialah hanya sebatas detak dan jantung? Semakin kau mencintaiNya maka semakin tidak terlihat ketakutan cintamu kepada makhluknya. Cintailah makhluk sebatas kemakhlukannya saja tanpa mengalahkan cintamu kepadaNya.

No comments:

Post a Comment