Searching

Monday, 21 January 2013

Si Hir

Sihirmu itu,
Adalah embun yang mengawali datangnya pagi.
Sihirmu itu,
Adalah semburat mentari terbit dibalik bukit penanjakan.

Sihirmu itu,
Adalah kicau burung-burung liar penghasil melodi alami.
Sihirmu itu,
Adalah kilau liuk sengatan surya menimpali taman hidup.
Sihirmu itu,
Adalah gerak-gerak lirih sepoi angin menyejukan hati.

Sihirmu itu,
Adalah jalanan panjang menjulang tinggi menantang nyali.
Sihirmu itu,
Adalah puncak-puncak yang melambai menggetarkan sanubari.
Sihirmu itu,
Adalah tatapan hijau nan luas tak terganti.
Sihirmu itu,
Adalah edelweis yang terus abadi.
Sihirmu itu,
Adalah cahaya kunang-kunang  digelap malam puncak Rinjani.

Sihirmu itu,
Laksana pelangi menegaskan elok Drupadi.
Sihirmu itu,
Yang membuat hati terus tertawan dan jatuh cinta lagi.



Si Hir
Braemar Hill, 21 Januari 2013
Ay..ay

Sunday, 20 January 2013

Mata

Matamu itu seperti sebuah malam,
yang diam-diam membuatku terus bermimpi.

Matamu itu bagai fajar menerangi,
Yang tegas mengantarku tidak terus dibuai mimpi.

Matamu itu sinarnya bagai matahari terbit,
Tidak menyengat tapi selalu memberi semangat.

Matamu itu bagai merah senja di Alexandria,
Teduhnya mengundang kerinduan.

Matamu itu bagai sebuah lilin,
ketika dalam gua yang gelap menuntunku menuju sebuah bukit yang indah.

Matamu itu bagai sebuah sebuah mata air,
Yang tidak mengering dan terus memancarkan bening.

Matamu itu,
Sebuah mata yang tidak bisa diganti.
Matamu itu hanyalah mata seorang perempuan desa,
Matamu itu tidak lain adalah mata perempuan yang ku panggil Ibu.

Mata
BraemarHill, 20 Januari 2013
Ay.

Friday, 18 January 2013

Lembayung Jingga

Tersudut diantara nyeri tulang daun dan epidermis.

Nadiku sejenak terhenti,
seketikanya aliran darah berubah menjadi hitam keunguan.

Diam jiwaku dalam tanya,
Resah sukmaku dalam pencarian makna.

Luluh,
Lunglai,
Tersungkur tanpa Daya,
Tak ada Raya,
karena aku adalah Maya.

Kelopak mataku terbuka,
Perlahan dunia memperlihatkanku pada sang lembayung berwarna jingga,
Lembayung yang berayun menarikan irama seruling jaman.

Dalam pekat,
jiwaku terikat,
tanpa syarat,
Tak ada sekat,
karena yang ku tahu inilah mukjizat dari segala nikmat.

Ayda Idaa
Causeway Bay, 6 July 2011
"Lembayung jingga menyanyikan lagu bahagia untuk jaman"

Thursday, 17 January 2013

Penguasa Teguh-ku

Menepi aku disudut ruang hati,
Terpatri dalam perenungan seorang diri,
Dalam tepi aku menyepi,
Tertunduk tiada henti.

Ya, Illahi.
Engkaulah penguasa Sirr Al-Asrar dalam jiwaku.
Tiada kepada selainMu aku berserah atas takdirku.

Yaa, Penguasa Lahut,
Jabarut,
Malakut,
Mulki.

Sesunguhnya tiadalah ruh Al-qudsi didalam Fuad,
Tanpa Engkau lidungi qalbu dalam nafs-ku ini.

Yaa. Pemilik Alif Lam Mim
Kumpulkanlah aku diantara Uli Al-albab yang Engkau pilih
Yaitu orang-orang yang tiada berhenti dzikir, pikiran dan ibadahnya kepadaMu,

Sehingga Engkau hadapkan aku kepadaMu dengan qalbun salim,
Bersama golongan-golongan Al-Muttaqun
Dan Engkau menjadikan hatiku ba`its li shalih al-a`mal
Yang tiada membenci dan mendengki.Engkau menjadikannya salim min amradh al-qulub
Engkau jaga dalam salamat al-qalb 'an al-syirk aw al-aqa'id al-fasidah
Yaitu hati yang lurus dan terlindungi dalam aqidah yang benar,
Yang Engkau jauhkan dari kemusyrikan.

(BraemarHill, 09 Desember 2012)

Engkau dan Arsy-Mu

Demi kalam dan takdirMu
Aku yang rapuh tanpa seijin kekuatanMu
Tiada mampulah aku melewati aral jalan nan penuh liku
Yang telah ENGKAU tuliskan dalam lauhul mahfuds untukku,

Sunyi nian arus tanpa gelombang,
Bahkan desir-desir nadiku tak mampu ku perdengarkan tanpa telinga pinjamanMu.

Aku tertunduk...
Dalam sajadah dimalam-malam panjangku,
Mengadukan aku adalah ilalang runtuh
Tanpa akar yang menahan berat tubuhku kala angin melanda,
Jika bukan karena ENGKAU bermurah atas keluhku,

Berjalanku ditaman bimbang tanpa keraguan,
Bergerakku dipadang kembang tanpa kumbang,
Terhenyakku dalam gurun keingintahuan,
Terhempasku dalam lautan tenang tanpa gelombang,

Arah jalanku pulang kelak bersemayam,
Dimana lorong-lorong gua bau darah pesakitan ikut menyandera pandangan mata,
Melaluinya..
Melewatinya..

Hingga terbentang padang savana tanpa ilalang..
Tertuntun jiwa dalam diam menakjubkan mata,
Ya... ENGKAU yang bersinggasana dalam Arsy..
Tiada langit dan bumi tanpa ENGKAU merestui.

Wednesday, 16 January 2013

Tengok dengan benar dirimu

Suatu hari saya mengeluh dengan sepatuku yang lama dan sudah tidak bagus lagi, sampai akhirnya semuanya berhenti ketika saya bertemu dengan seseorang yag kakinya diamputasi.

Suatu hari saya menyayangkan kenapa mata ini tidak melihat dengan jelas dan harus berkacamata sampai akhirnya saya bertemu dengan seorang tunanetra.

Saya juga sering menyalahkan diri sendiri ketika apa yang saya inginkan tidak terpenuhi, sampai akhirnya datang sesuatu yang lebih baik dari yang saya inginkan.

Mengeluh tidak menghilangkan kesulitan dan tidak juga mempermudah kehidupan. Kita tidak mungkin berbahagia hanya mengharapkan kehidupan yang mudah. Kehidupan ini sulit, itu faktanya. Namun ada yang akan membuat segalanya lebih mudah ialah pikiran yang terbuka dan hati yang lapang menerima kenyataan.

Segala sesuatunya tidak ada jalan pintas ataupun serba instant. Segala sesuatu yang instant tentu memiliki efek samping jauh lebih berbahaya. Bukankah mie instant sekalipun tidak dibuat secara instant? Tetap ada proses. Sekalipun telah dikemas dan siap saji tetap harus direbus dulu kalau mau menikmatinya. Dan jika terlalu banyak justru akan membahayakan organ tubuh kita sendiri.

Manusia yang merasa dirinya sunyi, sepi dan sendiri sebenarnya berasal dari dalam
dirinya sendiri. Ia lebih suka membangun dinding yang membatasi dirinya dengan
dunia luar daripada membangun jembatan yang menghubungkannya dengan dunia luas. Openmind dan openheart. Bersikaplah terbuka menerima setiap persahabatan tanpa mengurangi mawas diri dan berhati-hati.

Ikan-Ikan Darat

Seperti seekor ikan, ia tak akan bisa dipaksa menjadi hewan amphibi yang hidup di dua alam.
Di air ia berenang dengan bebasnya.
Dia hidup.
Dia bebas mengembangkan siripnya.
Memamerkan pesona indah sisiknya.
Tapi jika kau paksa dia di darat.
Dia akan sekarat.
Dia kejang-kejang lalu mati.
Bertahan hanya sekedar terpaksa,
Karena memang tak ada pilihan selain menunggu mati pelan-pelan.
Dia tidak akan hidup ditanah gersang,
Atau di padang savana sekalipun.
Laut lepas adalah dunianya,
Dunia tempatnya berliuk-liuk dengan indah segala pesonanya.
Dan duniaku adalah pena.
Duniaku adalah imaji,
Duniaku ialah kata
Yang tak akan bisa dipaksa menikmati rumus bilangan.
(BraemarHill, 16 Januari 2013)

Monday, 7 January 2013

Klenik Tradisi Ruwatan dan Pak Menteri

"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu
termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang
dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Yunus (10):106-107).

Ruwat mobil listrik pak menteri. Sehubungan dengan berita kecelakaan yang menimpa bapak menteri yang terhormat saya turut prihatin, terhatur do'a semoga "luka ringannya" segera dipulihkan.

Bapak menteri yang terhormat. Tanpa mengurangi sedikitpun rasa hormat saya kepada bapak dan terlepas dari tradisi kecongakan. Saya hanya ingin menyampaikan Rasa Kecewa Saya terhadap bapak menteri.

Berikut saya kutip sebuah tulisan dari www.liputan6.com mengenai prosesi ruwatan mobil listrik pak menteri.

"Usai dimandikan dengan air kembang (diruwat) di Solo, mobil listrik Tucuxi merah
milik Dahlan Iskan siap menjalani test�ride 1.000 kilometer. Tes ini akan dimulai
dari Kota Solo menuju Magetan dan berakhir di Kota Surabaya.

Dengan menggandeng dalang kondang Ki Manteb Sudarsono, Dahlan melakukan
ritual tolak bala meruwat mobil Tucuxi yang berdesain futuristik mirip dengan
mobil sport Ferrari. Tak main-main, mandi air kembang untuk mobil listrik ini
menggunakan air yang diambil dari 4 sumber mata air dari empat penjuru mata
angin di Solo.

Dahlan berharap dengan ritual tolak bala ini selama perjalanan test ride ini tidak ada halangan dan berjalan lancar. Selamatan yang dikenal dengan istilah "Murwa Kala" ini ditujukan agar mobil Tucuxi buatan Danet ini terhindar dari segala musibah, kendala dan fitnah. Ia juga berharap mobil ini bisa layak diproduksi massal dan dipasarkan."

Maka siapa yang bisa merubah sebuah musibah ketika Allah Azza wa Jalla menghendakinya terjadi? Tidak ada satu orang pun.

Dan bukankah kenyataan kini telah berbicara? Maka nikmat Tuhan yang manakah yang harus kita dustakan?

"Mobil kok diruwat? Yang diruwat itu kan seharusnya orangnya." (Maaf tetapi bukankah tradisi ruwat itu sendiri telah tergolong kemusyrikan. Dimana sang pelaku lebih percaya akan ritual ruwatan yang mampu mengusir tolak bala ketimbang kepada yang maha Esa. Oh, maaf barang kali bapak memang lebih merasa kalau mobil listrik milik bapak tidak akan sial setelah prosesi ruwatan. Sekali lagi maaf atas sangkaan saya yang awam ini).

Lalu apa sebenarnya ruwatan itu?

Ruwatan merupakan sebuah kepercayaan yang berlandaskan cerita wayang. Ruwatan artinya upacara membebaskan ancaman Batoro Kolo—raksasa pemakan manusia, anak Batoro Guru atau raja para dewa.

Batoro Kolo adalah raksasa buruk rupa jelmaan dari sperma Batoro Guru yang berceceran di laut setelah gagal bersenggama dengan permaisurinya, Batari Uma, ketika bercumbu di langit sambil menikmati terang bulan. Maka Batoro kolo dijanjikan akan diberikan makanan oleh Batoro Guru yaitu manusia yang dilahirkan dalam kondisi tertentu, seperti kelahiran yang menurut perhitungan klenik akan mengalami menderita (sukerto) atau kesialan, juga yang lahir dalam keadaan tunggal (ontang-anting), kembang sepasang (kembar), Kedono-kedini, sendang apit pancuran (laki, perempuan,
laki) dan lain-lain. (Lihat AM Saefuddin, Ruwatan dalam Perspektif Islam , Harian
Terbit, Jum’at 11 Agustus 2000, hal 6).

Itulah orang-orang yang harus diruwat menurut kepercayaan dari cerita wayang. Padahal, cerita wayang itu semodel juga dengan cerita tentang Pendeta Durno yang menyetubuhi kuda lantas lahirlah Aswotomo. Konon Durno diartikan mundur-mundur keno/kena, jadi dia naik kuda betina lantas mundur-mundur maka kenalah ke kemaluan kuda, akhirnya kuda itu melahirkan anak manusia.

Hanya saja anak yang lahir dari kuda ini diceritakan tidak jadi raksasa dan tidak
memakan manusia. Jadi, nilai cerita ruwatan itu sebenarnya juga hanya seperti nilai cerita yang dari segi mutunya saja sangat tidak bermutu, seperti anak lahir dari rahim kuda itu tadi.

Prosesi upacara ruwatan itu bermacam-macam. Ada yang dengan mengubur seluruh tubuh orang/anak yang diruwat kecuali kepalanya, ada yang disembunyikan di tempat tertentu atau pun disiram air kembang seperti mobil listrik milik pak Menteri .

Setidaknya inilah sekelumit mengenai tradisi ruwatan. Masih sangat banyak lagi prosesi-prosesi klenik dalam masyarakat kita yang syarat dengan kemusyrikan. Misalnya saja  Tradisi Maeso Suroan yang Digelar di Lereng Semeru untuk menyambut tanggal 1 Suro. Prosesi penamaman kepala sapi disebuah hutan bambu untuk para leluhur diikuti arak-arakan segala macam hasil bumi dan diikuti iring-iringan kesenian Reog lengkap dengan tumpeng dan lainnya.

Dan apakah Batoro Kolo memakan mobil atau berjaga-jaga agar tidak tertimpa musibah? Jika diibaratkan anak ontang-anting mobil pak menteri akhirnya kepanting menabrak tebing. Dan inilah kenyataan yang Allah tunjukan.

Sepak terjang bapak menteri yang terhormat sudah pasti tidak diragukan. Bahkan, hampir semua pemuda mengidolakan (baca: sempat kagum) dengan sosok bapak yang satu ini. Sering saya membaca pemberitaan-pemberitaan mengenai bapak menteri. Mulai dari prestasi-prestasi membawahi Jawa Pos, Komisaris Fangbian Iskan Corporindo (FIC)ataupun di PLN.

Sejak akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang dikritik karena selama
kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan. (red : wikipedia)

Pun demikian sejak menjadi menteri BUMN bapak menteri adalah sosok yang dikagumi (baca: pernah dikagumi). Sering terdengar kabar kurang sedap mengenai bapak, namun segera mungkin saya tepis. Saya berusaha tetap berbaik sangka dan tidak mengurangi sedikit pun pesona bapak dimata saya. Sekali lagi, tanpa mengurangi rasa hormat sebagai seorang bapak yang dijadikan figur. Saya hanya menuliskan uneg-uneg rasa kecewa mengenai ruwatan ruwatan mobil listrik .

Menurut saya bapak seorang yang cerdas dan layak dijadikan panutan. Bahkan, sering setiap pagi saya membaca tweet bapak mengenai ajakan sholat subuh, joging, kerja keras, semangat ataupun sekedar candaan yang mendekatkan dengan 267,852 FOLLOWERSnya.

Pada awal menjabat sebagai mentaeri BUMN bapak memiliki beberapa program yang akan dijalankan dalam pengelolaan BUMN. Program utama itu adalah restrukturisasi aset dan
downsizing (penyusutan jumlah) sejumlah badan usaha. Namun beberapa kinerja BUMN disorot. Pak Dahlan dianggap gagal membawa lima perusahaan BUMN untuk melepas saham perdana (initial public offering/IPO) di lantai
bursa. Adapun, berkat kepemimpinan bapak, BUMN dinilai bersih dari korupsi oleh masyarakat juga merupakan kinerja dan keberhasilannya membangun BUMN. Sekali lagi bapak menteri adalah sosok yang sempat melejit sebagai kandidat capres paling populer dikalangan rakyat kecil. Media-media akrab memberitakan keberadaan bapak menteri, baik di kereta ataupun pas lagi nyapu di Bandara Soekarno-Hatta. Ada sebagian yang menganggap hanya pencitraan semata. Namun, saya masih berbaik sangka. "Ah, hanya orang-orang tidak senang yang selalu ribet mencari-cari kesalahan."

Namun sejak membaca berita perihal ruwatan itu. GLEK..!
Rasanya tiba-tiba sejuta curiga dan tanda tanya mencuat ke permukaan. Sungguh diluar dugaan, bapak percaya dengan model klenikan. Bahkan yang jelas-jelas telah kemusyrikan itu tidak diridhoi Allah Azza wa Jalla.

Bapak menteri yang terhormat.
Mungkin ini adalah teguran untuk kita semua, bukan hanya bapak seorang. Tetapi lebih daripada itu ialah hikmah pelajaran yang saya dapatkan dengan mengetahui kabar ini.

Pertama.
Tidaklah kita sebagai manusia patut mencurigai lebih dulu segala kehendakNya. Tidak ada celaka yang dapat ditolak bala jika Allah telah menetapkannya, dan tidak ada sebaik-baik perlindungan kecuali DIA.

Kedua.
Bahwasanya manusia itu tempat keliru yang tak berkesudahan. Tidak pernah ada manusia dengan sosok sempurna. Tidak ada.

Ketiga.
Bahwasanya manusia mudah tertipu dengan pandangan matanya. Sekali lagi ia akan tertipu jikalau hanya melihat dari indera penglihatannya dan mendengar dari pendengarannya. Keduanya tetap harus difungsikan dengan otak dan hatinya. Ya, saya mungkin memang terhanyut dalam pengagungan kepada bapak menteri tercinta.

Dan tentu masih banyak lainnya yang tidak seyogyanya saya uraikan panjang lebar. Mungkin, tidaklah penting siapa sih seorang "Ay" menulis yang tidak ada guna dan manfaatnya. Namun, ini karena rasa hormat dan kagum saya selama ini saya hanya ingin menuliskan uneg-uneg rasa kecewa saja. Tidak lebih. Tidak lebih dari itu.

Bukan pula teguran, sebab saya jauh. Jauh lebih tidak paham dengan pengetahuan yang tidak saya ketahui. Saya, hanya orang awam. Yang mencari tahu dengan ingin tahu saja.

Allah telah menetapkan masing-masing kejadian kepada setiap manusia. Ketika kita menginginkan sesuatu termasuk keselamatan dan terbebas dari kesialan atau marabahaya maka seyogyanya kita meminta kepadaNYA. Allah lebih tahu apa yang pantas untuk kita dapatkan dan yang tidaj layak kita terima. Allah memberi yang kita minta, namun Allah juga menahan yang kita minta. Jika kita mau menerima semua akan terasa penuh makna hingga kita yakin bahwa tidak memberiNya pun adalah pemberian dariNya.

(foto: thejakartapost)

Friday, 4 January 2013

Interferensi Hati

Ketika diriku adalah aku, dan dirimu tetaplah kamu. Namun diantaraku dan antaramu adalah kita.

Mata sekilas memandang pada titik-titik cahaya membiaskan. Kemudian pikiran mencoba ikut membaca manakala telinga mencuri dengar. Mencari resonansi-resonansi dengan menangkap amplitudonya. Akankah dengar itu mampu dirasakan?

Segalanya bisa dipadukan. Seperti interferensi cahaya, interferensi bunyi pun memerlukan dua sumber bunyi yang koheren. Begitu juga dengan hati. Harus koheren jika ingin menghasilkan irama yang padu padan.

Sesekali memang perlu dilenturkan, difraksi pelenturan-pelenturan sumber bunyi melalui celah yang kecil. Dan celah diantara aku dan kamu itulah yang menjadi bahasa tak terjemahkan ketika mulut hanya terdiam. Justru gaungnya semakin tajam dipendengaran.

Pengaruh Fenomena Diskon Besar-besaran terhadap hasrat Belanja

Bagaimana sebuah kata "DISKON" dapat mempengaruhi hasrat berbelanja masyarakat terutama kaum perempuan? Apa gerangan yang menjadi magnet dari kata tersebut sehingga para kalayak ramai bisa dengan enteng merogoh kantongnya untuk membeli barang-barang yang justru sering kali tidak diperlukan. Bagaimana fenomena ini selalu menyedot perhatian sepanjang tahun?
Diskon besar-besaran. Big sale. Discount up to  80%. Ataupun 70% off dan model kata-kata ajaib lainnya yang sering digunakan oleh para retail untuk menarik minat belanja para calon konsumennya.
Diskon secara umum dapat diartikan sebagai  potongan harga beli sebuah product. Diskon memiliki banyak sekali alasan yang mendasari sebuah perusahaan mengambil langkah mengurangi harga jual productnya. Salah satunya adalah sebagai langkah marketing perusahaan untuk menarik minat konsumen, pengenalan product baru (promotion), atau dengan alasan terdapat penumpukan banyak barang yang tidak laku/tidak layak jual sehingga perusahaan mengambil kebijakan untuk menggelar obral besar-besaran.
Diskon..Diskon dan Diskon. Big Sale..!
Dimana-mana terpampang kata itu. Setelah melewati moment natal dan tahun baru, kesempatan memanfaatkan moment lain akan segera tiba.
Diskon merupakan kesempatan yang ditunggu-tunggu para konsumen untuk meraup manfaat dan keuntungan, yaitu memperoleh barang-barang kualitas bagus dengan harga yang relatif murah. Apalagi jika barang yang didiskon adalah barang-barang yang pas sekali dengan kebutuhan. Rasanya klop sekali. Mantap kalau istilah sekarang. Diskon bisa dijadikan sebagai ajang penghematan. Namun, jika kita tidak jeli sebagai konsumen diskon justru akan mendatangkan sejumlah kerugian yang jauh lebih besar.
Biasanya diskon dipromosikan lewat spanduk atau pamflet menyolok dengan warna-warna menyala agar mudah dipandang, iklan-iklan di TV pun berkeliaran, tak urung selebaran-selebaran pun ikut beterbangan bahkan juga diteriakkan oleh pramuniaga cantik. Biasanya kalau di Hongkong selalu berteriak, "Mai lei kan mai lei kan, Yao beng yao leng." (Silahkan dipilih, murah dan bagus itu maksudnya).
Tidak  dapat dipungkiri bahwa kecantikan para pramuniaga senantiasa dijadikan alat untuk menyihir konsumen oleh pengusaha. Para penyihir cantik ini pun selalu murah senyum dan ramah. Mereka akan dengan gamblang menjelaskan detail demi detail product perusahaannya. Hampir tidak ada cacatnya sama sekali. Dan kita para calon konsumen dengan hikmadnya menghayati. Sejumlah brand sengaja membuat ajang khusus semacam konsep festival guna menambah daya tarik sehingga para calon konsumen seakan merasa dimanjakan.
Dari sini yang semula hanya ikut-ikutan berkerumun sekedar melihat dan ingin tahu bisa dengan mudah terpikat untuk menyambar barang yang dijual. Sebab dengan melihat tingginya animo orang ditambah rasa antusiasnya untuk mencoba dan mencari tahu sangat memudahkan para pramuniaga melancarkan sihirnya. Maka terperosoklah ikut hanyut berbelanja. Wichhh... Magnet diskon.
Sikap membabibuta dalam berburu diskon yang demikian ini sangat merugikan. Kenapa? Sebab yang tadinya berusaha mencari big sale berubah menjadi big mistake. Konsumen sering lupa diri dan terhanyut buaian iklan ketika melihat embel-embel diskon dan dengan mudah mengeluarkan uang untuk berbelanja barang-barang yang sebenarnya belum tentu dibutuhkan, hanya sekedar memburu diskon tanpa memprioritaskan kegunaannya alhasil kebutuhan primer justru terabaikan. Terkadang juga mengganggu kebutuhan lain terutama bagi pengguna kartu kredit, sering terjebak dalam bunga dan tagihan yang membengkak. Iming-iming diskon sangat mungkin justru menjadi bumerang apabila konsumen tidak cermat menyikapinya. Alih-alih niat semula menghemat malah menjadi malapetaka.
Sebenarnya, kalau kita mau jeli mencermati program diskon ini berlangsung sepanjang tahun. Tidak ada berhentinya. Jadi istilah berburu diskon saya rasa kurang tepat. Jika saat itu tidak memungkinkan berbelanja masih ada kesempatan pada bulan berikutnya ko.
Ada banyak sekali "mantra-mantra sihir" yang dipakai pedagang untuk mengadakan program diskon besar-besaran. Sebut saja cuci gudang untuk menyambut tahun baru di bulan Desember-Januari atau Christmas Sale,
Valentine's Love Discount di bulan februari, bisa juga Save 60% Chinese New Year/ Imlek, Diskon libur sekolah sementar Juli
adalah Back to school yang menyajikan dagangan untuk keperluan anak-anak sekolah.
Ada lagi , Agustus diskon menjelang Dirgahayu RI,  September Back to campus, Oktober-Nopember diskon Ramadhan dan Idul Fitri serta kembali ke Desember diskon Natal dan cuci gudang. Jadi diskon itu tidak pernah berakhir tinggal gaya dan trik serta modusnya saja yang diotak-atik.
Selain itu masih sangat banyak lagi diskon-diskon lainnya. Misalnya  HUT pusat perbelanjaan atau perusahaan tertentu,  program promo, lounching produk baru, diskon pembelian dalam jumlah besar, diskon stok lama dan masih banyak lagi lainnya.  Pada pointnya alasan diskon bukan hal sulit untuk dicari sebagai strategi marketing sebuah perusahaan.
Diskon dapat dengan mudah menggiring calon konsumen bertindak lebih konsumtif dari sebelumnya. Konsumen sering termakan dan terjebak dengan modus atau trik penjualan barang yang sebenarnya menjabak.
Dengan mantra-mantra sakti seperti: Discount up to 70%, 30%+20% bagi pemegang member card, Big Sale Now, Free 50%, By one Free One,  +20% diskon toko, Murah hanya 60% harga semula, Obral, Sekarang Turun Harga dan lain-lain. Apakah semua ini manipulasi? Tidak.
Hanya saja konsumen sering kali tidak teliti dan kekurangtelitian ini dimanfaatkan oleh pengusaha.
Ahmad Gozali, perencana keuangan dalam bukunya Cash Flow for Women
menerangkan bahwa diskon yang ditawarkan sebenarnya bukanlah potongan harga,
tetapi strategi penjualan dengan penambahan syarat dan ketentuan yang bisa membingungkan konsumen.
Contoh diskon bersyarat, beli Minyak Goreng diskon 50% jika pembeli menghabiskan minimal Rp.150.000. Konsumen merasa beruntung membeli sebotol minyak goreng dengan harga Rp.16.000 padahal biasanya dijual seharga Rp 32.000. Padahal sebenarnya konsumen telah berbelanja Rp. 166.000 setelah
dikurangi diskon Rp 16. 000 maka diskon keseluruhan dari total belanjaan hanya
9,64%. Perhatikan uaraian berikut!
Harga Minyak awal Rp.32.000 - 50% diskon dengan syarat minimal blanja Rp. 150.000
MARI KITA HITUNG!
50% × 32.000 = 16. 000
SYARAT = 150.000
JADI, Total belanja adalah 150.000 + 16.000= 166.000
Maka Jumlah diskon keseluruhan yang didapatkan adalah,
*Jika tanpa diskon seharusnya 182.000
Maka diskon yang diperoleh sebenarnya adalah:
(16.000÷166.000)×100% = 0,0964 ×100% = 9,64%.
Nah.. Diskon ini hanyalah trik dan modus. Bahkan dengan belanja Rp 150.000 penjual sudah mempunyai laba menutupi diskon Rp 16.000 minyak gorengnya yang mungkin sudah hampir kadaluarsa.
Selain itu  masih ada lagi diskon bertahap, beli barang satu diskon 10% dan beli dua diskon
50%. Konsumen yang berhati-hati pasti mengira diskon 60%. Padahal kalau
dihitung Cuma berdiskon 30%. Nah, ko gitu?
Contoh:
Kaos 1 dengan harga Rp 100.000 diskon 10% menjadi Rp 10.000 jadi harga kaosnya Rp. 90.000.
Kaos ke 2 harga masih sama Rp. 100.000 diskon 50% jadi Rp 50.000. Total diskon dari pembelian keseluruhan 60.0000 dari
harga dasar 2 kemeja Rp 200.000 sama dengan diskon 30%.jadi diskon
sebenarnya bukan 60% dari total keseluruhan.
Total diskon sebenarnya:
{(10.000+50.000) ÷200.000} × 100%
= (60.000÷200.000) × 100%
=30%
Dan modus diskon telah beehasil membuat konsumen terkecoh. Masih banyak trik diskon lainnya yang kelihatan sangat menggiurkan padahal hanyalah strategi pemasaran. Sistem marketing sebuah perusahaan tentu tidak mengijinkan perusahaannya rugi maka dwngan trik dan modus yang terkesan halus sebagai umpan untuk menarik minat para konsumen.
Pilihan perusahaan hanya ada mencari trik agar barang tidak tertimbun digudang hingga tidak laku terlebih jika itu barang konsumtif yang terhalang masa kadaluarsa. Otomatis jika barang tidak laku maka kerugian akan semakin besar. Jadi lupakanlah, tidak ada satu pun kebijakan diskon yang berpihak sebagai kebaikan hati produsen kepada konsumennya.
Untuk itu sebagai calon korban diskon maka pakailah strategi cerdas untuk berburu diskon  dimana pun berada.
1. Pastikan barang yang dibeli benar-benar dibutuhkan. Jangan sampai susah-susah
memburunya hanya menjadi penghuni gudang atau malah menambah sesak ruangan
di rumah yang sudah sempit.
2. Pastikan barang dalam kualitas prima, tidak rusak, tidak kadaluarsa, eks display
atau rejected.
3. Pastikan harga yang didiskon tidak di-mark-up.
4. Cermati trik-trik diskon bersyarat yang membuat pengeluaran malah bertambah.
Intinya berbelanja pun perlu “kecerdasan” sikap, agar tidak dibodohi oleh trik
diskon yang menjebak apalagi hingga menjerat pada pengeluaran yang diluar batas.
Kenapa acara-acara diskon semacam itu biasanya ditampilkan dengan banner ataupun poster-poster? Keterangan-keterangan tersebut biasa dilabelkan para retail untuk menarik konsumen agar berkenan mampir untuk melihat brang-barang mereka dan akhirnya terpincut  untuk membelinya. Salah satu cara yang biasa dilakukan para retail untuk menarik konsumen adalah dengan mencoret sebuah harga lama(yang mahal) dan membubuhkan harga baru yang tentu saja, lebih murah.
Sebagian dari calon korban mungkin berpikir, apa yang membuat para retail tersebut mau repot-repot untuk mencoret angka yang sebenarnya tidak tiperlukan? Apa yang dilakukan oleh para retail tersebut adalah salah satu bentuk framing , di mana mereka mencoba untuk memberikan kesan bahwa barang
yang mereka tawarkan jauh lebih murah dari harga asalnya.
Framing (Kahneman & Tversky, 1998) merupakan salah satu fase dalam proses
pemilihan yang memberikan analisa awal pada pemutusan masalah. Dalam fase ini, sebuah masalah dapat ditampilkan baik atau buruk tergantung bagaimana cara masalah pemilihan itu diutarakan, baik oleh nilai yang ada,
kebiasaan atau harapan si pembuat keputusan.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa framing adalah ‘first impression ’ yang nantinya akan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam memilih. Framing sangat erat kaitannya dengan titik referensi, yaitu sebuah titik yang dijadikan patokan dalam sebuah perbandingan.
Logikanya, sesuatu akan terlihat lebih rendah ketika berada di bawah titik referensi. Begitu
juga sebaliknya, dapat terlihat sangat tinggi bila berada di atas titik referensi. Dalam framing , titik referensi ini menjadi ‘bingkai’ seseorang
dalam mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Kemungkinan- kemungkinan yang telah ter- framing tersebutlah yang kemudian dievaluasi oleh sang pemilih.
Salah satu contoh adalah kebijakan ‘mencoret harga awal’ yang dilakukan oleh para retail tersebut. Pada awalnya mereka menuliskan dengan bombastis berapa harga awal, yang seringkali jauh lebih mahal, misalnya Handphone Rp. 2.5 juta. Angka yang besar itu secara otomatis menjadi titik referensi kitab karena informasi tersebut kita dapatkan terlebih dahulu. Kemudian, para retail tersebut ‘mencoret harga awal’ tersebut dan memberikan angka Rp.1,5juta di bawahnya. Tidak lupa dengan menambahkan kata-kata semacam “turun harga!” atau “Diskon besar-besaran!” atau mungkin mantra-mantra cantik lainnya.
Karena kita awalnya memandang angka Rp. 2,5 juta sebagai patokan, harga Rp.1,5juta yang berada di bawahnya akan terlihat jauh lebih murah. Yang diharapkan, tentu saja, kita menjadi lebih ‘welcome ’ pada harga tersebut (Rp. 1.500.000) dan memandang biaya tersebut sebagai ‘biaya yang murah’.
Selisih antara titik referensi, yaitu Rp. 2,5 juta dengan harga yang dibayar, yaitu Rp. 1,5juta akan terlihat sebagai keuntungan bagi pembeli. Mereka akan merasa membayar (jauh) lebih murah bila dibandingkan dengan apa yang bisa mereka dapatkan. Hal ini tentu saja membuat mereka, setidaknya beberapa dari mereka, mulai menyadari keuntungan yang mereka peroleh.
Perasaan ‘untung’ itulah yang dikejar para retail untuk meningkatkan keinginan konsumen membeli barang yang dimaksud. Namun, kalau kita mau memperhatikan. Menimbangnya kembali bahwa dengan harga Rp. 1,5juta apakah harga tersebut sesuai dengan kualitas barang yang kita beli? Mungkin jika kita lebih bijak hanya dengan menambah beberapa ratus ribu kita justru mendapatkan barang dengan kualitas lebih unggul.
Dalam framing pemakaian bahasa pun bisa menjadi hal yang sangat penting. Dengan menggunakan bahasa yang mengedepankan sisi positif, seseorang akan memandang informasi tersebut sebagai informasi yang menguntungkan. Misalnya pemakaian kata “80% lulusan terserap menjadi tenaga kerja” lebih dipilih menjadi tagline sebuah universitas swasta daripada “20% lulusan menjadi pengangguran”, meskipun memiliki arti
yang sama. 80% persen terserap tenaga kerja artinya yang 20% masih menganggur.
Bagi produsen, framing mungkin salah satu cara untuk menjaring ketertarikan sebanyak-banyaknya tanpa bermaksud membohongi para
konsumen. Mereka menyampaikan kebenaran meskipun dibungkus sedemikian rupa dengan bingkai yang cantik. Tentu saja tidak ada yang
salah dengan hal itu. Konsumen pun tidak dapat dikatakan merugi. Mereka merasa untung dengan melihat adanya selisih dari titik referensi dengan harga yang mereka bayar.
Namun, patut diperhatikan bagi konsumen, bahwa titik referensi yang dipatok produsen terkadang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Mereka melebih-lebihkan harga patokan agar konsumen merasa , sekali lagi hanya
MERASA, untung banyak. Padahal bisa jadi, hanya untung sedikit atau bahkan rugi sama sekali. Kalau sudah begini, maka mata konsumenlah yang mesti jeli melihat peluang untung atau buntung dalam fenomena
framing dalam diskon besar-besaran.
Produsen dan para retail boleh memiliki strategi marketing untuk menyedot dan menjajakan dagangannya agar laris manis. Itu sah. Tidak salah. Dalam hukum pemasaran produsen memiliki prinsip dengan modal serendah-rendahnya mencari keuntungan sebesar-besarnya. Walaupun ada Big Sale, perusahaan tetap berpikir agar mereka tidak mengalami kerugian. Bahkan dengan adanya strategi diskon mereka justru mampu mengeruk keuntungan yang sangat besar. Mulai hari ini jadilah konsumen yang cerdas dalam menghadapi fenomena diskon belanja.