Matamu itu seperti sebuah malam,
yang diam-diam membuatku terus bermimpi.
Matamu itu bagai fajar menerangi,
Yang tegas mengantarku tidak terus dibuai mimpi.
Matamu itu sinarnya bagai matahari terbit,
Tidak menyengat tapi selalu memberi semangat.
Matamu itu bagai merah senja di Alexandria,
Teduhnya mengundang kerinduan.
Matamu itu bagai sebuah lilin,
ketika dalam gua yang gelap menuntunku menuju sebuah bukit yang indah.
Matamu itu bagai sebuah sebuah mata air,
Yang tidak mengering dan terus memancarkan bening.
Matamu itu,
Sebuah mata yang tidak bisa diganti.
Matamu itu hanyalah mata seorang perempuan desa,
Matamu itu tidak lain adalah mata perempuan yang ku panggil Ibu.
Mata
BraemarHill, 20 Januari 2013
Ay.
rangakian kata yang indah,membuat siapapun yang membaca tak berfikir bahwa inti dari puisi adalah tentang ibu.kereen mbak
ReplyDelete