Searching

Thursday, 28 February 2013

Logaritma Logika Cinta (Mencintai tanpa Efek Samping Sakit Hati)

Iseng-iseng berawal dari kisah mendengarkan teman yang curhat lagi terkena syndrome PATAH HATI membuat saya ingin berbagai sedikit pandangan dan tips untuk pencegahannya (bagi yang belum kena) dan bagaimana bangkit mengatasinya (bagi yang sudah kena. Sekaligus berbagi sedikit tentang apa dan bagaimana konsep mencintai (menurut saya pribadi).

Lagi-lagi ada yang patah hati karena cinta. Tidak asing memang tapi selalu saja memiliki korban yang sangat banyak. Apa kalian juga begitu? oh.. No, stop it. Dunia tidak berhenti atau kasihan karena kamu patah hati hari ini, coba perhatikan kembali diri kamu sendiri. Kembali pada konsep utama tulisan ini. Mencintai tanpa efek samping patah hati, how is it come?

Cara mencintai lawan jenis kita bukan sesuatu yang nampak mudah bagi kebanyakan orang. Cinta bisa menjadi sumber kebahagiaan tapi juga bisa jadi sumber kehancuran seseorang. So, gimana biar cinta tetap bersahabat dengan hati kita? Belajarlah mencintai tanpa efek patah hati. Caranya ya baca dulu terus postingan saya sampai selesai.

Kebanyakan dari kita mengalami yang namanya patah hati ketika masa PDKT atau pacaran. Cara mncintai sperti ini terdengar terlalu cepat. Sedang ketika kita berbicara tentang PDKT atau pacaran kita tidak boleh bicara tentang KEPEMILIKAN. Semua akan serba menjadi sulit saat kamu sudah jatuh cinta dan berkorban banyak ketika PDKT atau pacaran.

Inilah penyebab utama banyak orang mengira tersakiti oleh CINTA! Apa sebabnya? Mari kita buka bungkus satu per satu.

Kenapa orang merasa tersakiti oleh Cinta? Karena hasrat memiliki. Apa yang mereka rasakan sehingga mereka merasa tersakiti oleh CINTA sebenarnya bukanlah CINTA tapi itulah yang disebut HASRAT.

Cinta dan hasrat memiliki artian yang berbeda. Sekali lagi hasrat itu bukanlah cinta, yang membuat sakit hati adalah hasrat memiliki, hasrat melindungi, dan hasrat menjaga selamanya. Saya tidak berbicara tentang cinta sejati tetapi saya cuma bantu sedikit membuka logika mencintai dan hasrat memiliki, sebab dengan mengetahui keduanya kita bisa meminimalkan efek samping patah hati.

Hasrat lebih banyak bicara tentang kepuasan pribadi, sedang cinta mengutamakan kepentingan bersama, sama-sama sayang, sama-sama senang dan sama-sama berkorban. Cinta itu saling memiliki walau tak harus saling bersatu. Jadi saya kurang setuju dengan ungkapan cinta tak harus memiliki, tapi lebih tepat cinta tak harus menyatukan fisik tapi hati akan tetap saling memiliki. Hehehee.... ko jadi panjang lebar.

Contoh mudah apa itu hasrat adalah anak kecil yang lagi meminta mainan atau ice cream, ia akan kecewa, menangis, merengek bahkan ngambek dan marah ke orang tuanya kalau tidak dituruti hasrat dan keinginannya. Nah, orang dewasa yg nangis, marah, mewek, ngambek atau emosian karena hasratnya tidak dipenuhi bisa disamakan dengan anak kecil.

Sebaiknya kita buat piramida logaritma agar kita lebih "ngeh" dan paham dengan cara mencintai tanpa efek patah hati. Oh, bayangkan hati kita cuma satu kalau patah gimana nyambungnya.

Sakit hati timbul saat kamu telah mengorbankan sesuatu untuk seseorang namun akhirnya kamu khilangan orang tersebut, tidak jad istri/suami kamu. Dan ironisnya nich, kamu mengorbankan sesuatu itu untuk seseorang yang JELAS bukan milik kamu. Sama ja kamu kasih koin ke anak yatim tapi kamu berharap anak yatim itu kasih sesuatu ke kamu. Jauhi konsep pacaran yang salah kaprah dengan embel-embel cinta, anyway cinta butuh pacaran tidak sih? Enggak.

So, agar kamu gak alami namanya syndrome wabah patah hati lagi hanya ada satu cara untuk mencapainya.

Caranya sangat mudah, semuanya ada pada konsep logis logika pemikiran kamu sendri. Yaitu dengan BERHENTI BERHARAP ATAS SESUATU YANG BELUM JADI MILIKMU (ngarep). Berhentilah berkorban yang tidak perlu, untuk mendapatkan kekasih (Pria/wanita) yang kamu inginkan.

Gini ya makasud saya adalah!

Jangan melakukan hal konyol atau pengorbanan diluar logika. Cinta tidak butuh pengorbanan. Bagi cinta yang sudah dimiliki apa pun yang dikerjakannya adalah untuk kebahagiaan bersama kalau belum dimiliki mengapa harus ngoyo maksain berkorban yang tidak jelas. RUGI. Lagi pula yang merasa berkorban itu bukanlah cinta, ketika kamu merasa berkorban maka cintamu telah pudar.

Biasanya anak muda sering minta bukti cinta. Nah disinilah kamu mesti ekstra HATI-HATI mana yang boleh jadi bukti dan engga. Tapi cinta tak perlu bukti, itu mutlak dengan sendirinya cinta yang tulus akan terbukti. Jadi kalau ada yang berkorban lebih dan over masa pacaran jelas ruginya toh belum tntu jadi milikmu.

Apa aja yg biasa dikorbanin? Waktu, teman, kesempatan, duit bahkan kehormatan juga. Rugi ya, kan belum tentu nikahnya. So yang belum terlanjur korban banyak lebihlah hati-hati, masa depan kamu lebih penting.

Jadi intinya biar tidak kena syndrome patah hati adalah dengan merubah mindset kamu agar tidak terlalu berharap dan berhenti berkorban yang tidak perlu juga.

Cinta adalah sesuatu yang kita berikan untuk sesuatu yang telah kita miliki, contohnya orang tua kepada kita itulah cinta, pasangan suami istri itulah cinta. So pada saat PDKT atau pacaran stop to talk about love. BELUM SAATNYA dan bukan merupakan pada tempatnya. Pada saat itu adalah hasrat maka kendalikan hasrat itu agar tak menyakiti hati kamu sendiri. Jadi kalau ada yang patah hati dan menyalahkan cinta maka kamu sudah slah besar.

Lalu bagaimana bagi yang sudah terlanjur jatuh dan terpuruk? Cara bangkit dari sebuah keterpurukan memang tidak gampang. Tapi cobalah untuk berpikir lagi secara normal dan berdasar logika, jangan mainkan perasaan terlalu sering. Pikirkan tentang orang tua kamu, kuliahmu, kerjaanmu, sekolahmu, teman-temanmu dan yang terpenting pikirkan tentang dirimu sendiri. Tidak ada motivator handal mana pun yang dapat menolongmu dari keadaan ini kecuali dirimu sendiri.

Hidup belum berhenti, dan masih berjalan meski kamu sakit hati. Toh tidak jadi masalah bagi orang lain, bukan? Maka, mulailah berhenti meratap dan mengasihani diri sendiri. Meminta-minta simpati dan rasa belas kasihan orang lain itu adalah pilihan paling konyol. Padahal masih sangat banyak yang bisa kamu kerjakan. Menekuni hobi, traveling, berlibur, konsen kembali kepada karir dan mulailah menata masa depan. Tunjukkan bahwa tanpa dia pun kamu akan tetap tersenyum dan jauh lebih baik. Buktikan bahwa dia menyesal menyakitimu suatu hari nanti, tentu dengan tanpa mengemis cinta darinya lagi.

Sebuah pilihan dan keputusan memang harus kamu buat, mau bertahan tapi tersakiti atau memilih lepas tapi kamu bebas dan berbahagia? Semoga kalian dan saya tidak salah dalam mengambil keputusan. Hidup ini hanya soal tentang menjatuhkan pilihan atau tidak memiliki pilihan sama sekali. Goodbye sakit hati, selamat datang cerah hati.

Mudah marah dan tersinggung, bagaimana mengatasinya?

Salah satu perkara yang selalu membuat kita
lemah adalah timbulnya rasa tersinggung dihati kita. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain. Ketika tersinggung, paling tidak kita akan sibuk membela diri sendiri, dan akan memikirkan kejelekan orang yang membuat kita tersinggung itu . Benar begitu, kan?

Perkara yang paling membahayakan dari rasa tersinggung adalah timbulnya penyakit hati seperti rasa merendahkan orang lain dan mengumpat. Malah mungkin menfitnahnya kembali. Kesan yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan.

Bila kita marah, kata-kata jadi tidak terkawal.
Stress meningkat. Karena itu, ketabahan kita untuk “tidak tersinggung” menjadi satu keharusan.

Apa yang menyebabkan seseorang itu tersinggung?

Rasa tersinggung seseorang itu timbul karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, dan merasa
berjaya.  Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan yang sebenarnya, apabila ada yang menilai kita kurang sedikit saja dari expectation kita, maka kita akan merasa tersinggung. hemmm.... Tuh kan memuja diri sendiri itu BAHAYA.

Peluang untuk rasa tersinggung akan terbuka
luas jika kita salah dalam menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki, yaitu cara menilai diri kita sendiri.

Yang pertama harus kita lakukan agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai secara berlebihan terhadap diri kita sendiri. Ini menurut versi saya. Karena kontrol diri adalah kuncinya.

Misalnya, jangan banyak mengingati bahwa
kita telah berjasa. Saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini saya itu. Saya seorang pemurah. Saya banyak menolong rekan-rekan. Semakin banyak kita mengaku tentang diri kita, akan makin mudah untuk membuat kita mudah tersinggung.

Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk
merendam rasa tersinggung :

Pertama, belajar melupakan.
Jika kita seorang berijazah maka lupakanlah ijazah kita. Jika kita seorang pengarah lupakanlah jawatan itu. Jika kita seorang pimpinan lupakanlah hal itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini berkat dari Allah agar kita tidak tamak terhadap penghargaan.

Kita harus melatih diri untuk merasa sekadar
hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa kecuali berkat ilmu yang dipercikkan oleh Allah sedikit. Kita lebih banyak tidak tahu. Kita tidak mempunyai harta sedikit pun kecuali sepercik berkat dari Allah. Kita tidak mempunyai jabatan ataupun kedudukan sedikit pun kecuali sepercik yang Allah telah berikan dan dipertanggungjawabkan.

Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan. Semakin kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, akan kian sering kita sakit hati.

Kedua, kita harus melihat bahwa apa-apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan bermanfaat. Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita.

Sebenarnya kita tidak boleh memaksa orang
lain membuat sesuatu sama dengan keinginan kita. Apa yang boleh kita lakukan adalah memaksa diri sendiri memahami orang lain dengan sikap terbaik kita .

Apa pun perkataan orang lain kepada kita, walaupun sangat mengiris hati, tentu itu terjadi dengan izin Allah. Anggap saja ini episode atau ujian yang harus kita lalui untuk menguji keimanan kita.

Ketiga, kita harus bersimpati.
Melihat sesuatu tidak dari sudut pandang kita. Renungkan kisah seseorang yang sedang membawa gajah berjalan-jalan, dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang gajah tersebut. Yang berada di depan berkata, “Oh indah sungguh pemandangan sepanjang hari”.
Pasti dia dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang
perjalanan, orang yang dibelakang hanya melihat punggung gajah.

Oleh itu, kita harus belajar bersimpati. Jika tidak ingin mudah tersinggung, maka cari seribu satu alasan untuk boleh menyenangkan hati orang lain . Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk menyenangkan, bukan untuk membenarkan kesalahan.

Keempat, jadikan penghinaan orang lain
kepada kita sebagai ladang peningkatan kualitas diri.

Jadikan penghinaan orang lain kepada kita
sebagai kesempatan untuk menyucikan jiwa, dengan memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW bersama sahabat- sahabatnya sedang duduk bersama. Tiba-tiba baginda bersabda: “Akan datang
selepas ini seorang ahli syurga.”

Maka muncul lah fulan bin fulan. Keesokannya juga sama, Rasulullah bersabda perkara yang sama, dan muncul fulan bin fulan yang sama. Keesokannya lagi juga sama. Rasulullah SAW bersabda perkara yang sama, dan muncul fulan bin fulan yang sama.

Akhirnya seorang sahabat Rasulullah pergi berziarah ke rumah lelaki itu, dan tidur di rumahnya untuk menyiasat apakah amalannya.

Selama tiga hari, sahabat Rasulullah itu tidak
menjumpai apa-apa ibadah yang hebat, yang besar,yang menarik. Akhirnya dia menyatakan hajat sebenarnya tidur di rumah lelaki itu. Lelaki itu menjawab:

“Ibadahku adalah sebagaimana yang kau lihat. Tiada yang menakjubkan. Biasa-biasa sahaja .”

Sambung lelaki itu: “Tetapi di dalam hatiku tidak ada sangka buruk, rasa benci, kepada saudara-saudara mukminku.”

Memaafkan. Memaafkan dengan dada yang lapang. InsyaAllah yang lain akan datang kemudian. Kelapangan hati, ketenangan jiwa, kesegaran roh, akan hadir kepada kita insha Allah. Pasti.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah- lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka…” Surah Ali- Imran ayat 159..

Tips Cara Mengatasi Emosi Meredam Amarah/Marah Yang Dapat Merugikan Kita Dan Orang Lain!

Ketika emosi dan amarah memuncak maka segala sifat buruk yang ada dalam diri kita
akan sulit dikendalikan dan rasa malu pun kadang akan hilang berganti dengan segala sifat buruk demi melampiaskan kemarahannya pada benda, binatang, orang lain, dll di sekitarnya.

Banyak orang bilang kalau menyimpan emosi secara terus- menerus dalam jangka waktu
yang lama dapat pecah sewaktu-waktu dan bisa melakukan hal-hal yang lebih parah dari orang yang rutin emosian. Oleh sebab itu sebaiknya bila ada rasa marah atau emosi sebaiknya segera dihilangkan atau disalurkan pada hal-hal yang tidak melanggar hukum dan tidak merugikan manusia lain.

Beberapa ciri-ciri orang yang tidak mampu mengandalikan emosinya :

1. Berkata keras dan kasar pada orang lain.
2. Marah dengan merusak atau melempar barang-barang di sekitarnya.
3. Ringan tangan pada orang lain di sekitarnya.
4. Melakukan tindak kriminal / tindak kejahatan.
5. Melarikan diri dengan narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, dsb.
6. Menangis dan larut dalam kekesalan yang mendalam.
7. Dendam dan merencanakan rencana jahat pada orang lain. dsb...

A. Beberapa Cara Untuk Meredam Emosi / Amarah Diri Sendiri :
1. Rasakan Yang Orang Lain Rasakan Cobalah bayangkan apabila kita marah kepada orang lain.

Nah, sekarang tukar posisi di mana anda menjadi korban yang dimarahi. Bagaimana kira-kira rasanya dimarahi. Kalau kemarahan sifatnya mendidik dan membangun mungkin ada manfaatnya, namun jika marah membabi buta tentu jelas anda akan cengar-cengir sendiri.

2. Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman

Jika sedang marah alihkan perhatian anda pada sesuatu yang anda sukai dan lupakan segala yang terjadi. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat yang cocok bagi anda. Jika emosi agak memuncak mingkin rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.

3. Mencari Kesibukan Yang Disukai

Untuk melupakan kejadian atau sesuatu yang membuat emosi kemarahan kita memuncak kita butuh sesuatu yang mengalihkan amarah dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dan dapat membuat kita lupa akan masalah yang dihadapi. Contoh seperti mendengarkan musik,
main ps2 winning eleven, bermain gitar atau alat musik lainnya, membaca buku, menulis artikel, nonton film box office, dan lain sebagainya.

Hindari perbuatan bodoh seperti merokok, memakai narkoba, dan lain sebagainya.

4. Curahan Hati / Curhat Pada Orang Lain Yang Bisa Dipercaya

Menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita mungkin dapat sedikit banyak
membantu mengurangi beban yang ada di hati. Jangan curhat pada orang yang tidak kita
percayai untuk mencegah curhatan pribadi kita disebar kepada orang lain yang tidak
kita inginkan. Bercurhatlah pada sahabat, isteri/suami, orang tua, saudara, kakek
nenek, paman bibi, dan lain sebagainya. Dan sebaik-baiknya tempat curhat adalah Allah Azza wa Jalla.

5. Mencari Penyebab Dan Mencari Solusi

Ketika pikiran anda mulai tenang, cobalah untuk mencari sumber permasalahan dan
bagaimana untuk menyelesaikannya dengan cara terbaik. Untuk memudahkan gunakan secarik kertas kosong dan sebatang pulpen untuk menulis daftar masalah yang anda hadapi dan apa saja kira- kira jalan keluar atau solusi masalah tersebut. Pilih jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Mungkin itu semua akan secara signifikan mengurangi beban pikiran anda.

6. Ingin Menjadi Orang Baik

Orang baik yang sering anda lihat di layar televisi biasanya adalah orang yang kalau marah tetap tenang, langsung ke pokok permsalahan, tidak bermaksud menyakiti orang lain dan selalu mengusahakan jalan terbaik. Pasti anda ingin dipandang orang sebagai orang yang baik. Kalau ingin jadi penjahat, ya terserah anda. Hehee

7. Cuek Dan Melupakan Masalah Yang Ada

Ketika rasa marah menyelimuti diri dan kita sadar sedang diliputi amarah maka bersikaplah masa bodoh dengan kemarahan anda. Ubah rasa marah menjadi sesuatu yang tidak penting. Misalnya dalam hati berkata :
"ya ampun.... sama yang kayak begini aja kok
bisa marah, nggak penting banget sich...!" Hwhehee....

8. Berpikir Rasional Sebelum Bertindak

Sebelum marah kepada orang lain cobalah anda memikirkan dulu apakah dengan masalah tersebut anda layak marah pada suatu tingkat kemarahan. Terkadang ada orang yang karena diliatin sama orang lain jadi marah dan langsung menegur dengan kasar mengajak ribut / berantem. Masalah sepele jangan dibesar- besarkan dan masalah yang besar jangan disepelekan.

9. Diversifikasi Tujuan, Cita-Cita Dan Impian Hidup

Semakin banyak cita-cita dan impian hidup anda maka semakin banyak hal yang perlu anda raih dan kejar mulai saat ini. Tetapkan impian dan angan hidup anda setinggi mungkin namun dapat dicapai apabila dilakukan dengan serius dan kerja keras. Hal tersebut akan membuat hal-hal sepele tidak akan menjadi penting karena anda terlalu sibuk dengan rajutan benang masa depan anda. Mengikuti nafsu marah berarti membuang-buang waktu anda yang berharga.

10. Kendalikan Emosi Dan Jangan Mau Diperbudak Amarah

Orang yang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya tidak nyaman sudah barang tentu sangat tidak baik .Kehidupan sosial orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak penting. Tujuan hidup anda adalah yang paling penting. Anggap
kemarahan yang tidak terkendali adalah musuh besar anda dan jika perlu mintalah
bantuan orang lain untuk mengatasinya.

B. Cara Untuk Meredam Emosi / Amarah Orang Lain.

Untuk meredam amarah orang lain sebaiknya kita tidak ikut emosi ketika menghadapi orang yang sedang dilanda amarah agar masalah tidak menjadi semakin rumit. Cukup dengarkan apa yang ingin ia sampaikan dan jangan banyak merespon. Tenang dan jangan banyak hiraukan dan dimasukkan dalam hati apa pun yang orang marah katakan. Cukup ambil intinya dan buang sisanya agar kita tidak ikut emosi atau menambah beban pikiran kita.

Jika marahnya karena sesuatu yang kita perbuat maka kalau bukan kesalahan kita jelaskanlah dengan baik, tapi kalau karena
kesalahan kita minta maaf saja dan selesaikanlah dengan baik penuh ketenangan batin dan kesabaran dalam mengatasi semua kemarahannya. Lawan api dengan air, jangan lawan api dengan api. Semoga berhasil menjinakkan emosi rasa marah anda.
INGAT...!

Menurut rumus dan formulasi dari saya

Marah + Emosian = Buang waktu& Energi.

Dan terlebih penting, jaga sikap kita agar tidak menyinggung orang lain apalagi sampai menimbulkan kemarahan.

Semangat...!

Foto : Cyber4rt.com

Monday, 25 February 2013

Filosofi tembang Durma, Kemunduran Etika hingga Kuntilanak

Durma merupakan salah satu bagian dari tembang Macapat atau dalam bahasa sunda disebut pupuh.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata durma berarti merupakan bentuk komposisi tembang jenis macapat (terdapat di Jawa,
Sunda, Bali), biasanya untuk melukiskan cerita-cerita keras (perkelahian, perang). (Sumber : KBBI)

Durma juga berasal dari kata Jawa Klasik / bahasa Kawi yang berarti harimau. Dur sendiri dalam bahasa Jawa Kawi berarti ala (buruk).  Sesuai dengan arti itu, tembang Durma berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana seram. Harimau adalah lambang dari 4 nafsu manusia, yaitu :
1. Ego centros – nafsu angkara,
2. Polemos –nafsu mudah marah/berangasan,
3. Eros – nafsu birahi/sofia,
4. Relegios – nafsu keagamaan, kebenaran dan kejujuran.

Durma juga bisa diartikan sebagai darma, yaitu sifat ingin memberi atau berderma yaitu keinginan untuk menolong sesamanya yang sedang dalam kesulitan.  Durma juga menyiratkan hubungan yang sangat erat antar manusia sebagai makhluk sosial. Dalam menjalankan kehidupannya, manusia senantiasa memiliki ketergantungan pada manusia lainnya.

Dengan adanya ketergantungan tersebut, maka setiap individu dituntut untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Terutama tanggung jawab dalam mengemban tugas. Dalam arti nilai-nilai profesionalisme benar-benar dijunjung tinggi.

Tanggung jawab akan melahirkan rasa aman sekaligus rasa percaya terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Dengan bertanggung-jawab hubungan antara sesama manusia menjadi serasi dan harmonis, sehingga menghilangkan
rasa saling curiga dan buruk sangka. Dengan demikian maka hubungan yang dilandasi saling percaya, saling ketergantungan, saling bertanggung-jawab serta memiliki keterikatan yang kuat akan menjauhkan manusia dari segala permusuhan.

Berikut contoh tembang Durma yang mengingatkan kita tentang kehidupan sosial dan profesionalisme:

Lamon dika epasrae panggabayan
Ampon mare apeker
Terang ka'eko'na
Ad janji maranta'a
Pon pon brinto tarongguwi
Anggap tanggungan
Ma’ ta’ malo da’ oreng

(Asmoro, 1950 ; 19)

Terjemahannya :

(Jika kamu mendapat beban pekerjaan,
Sudah selesai dipikir,
Tntang seluk-beluknya kerja,
Usaha untuk menyelesaikan,
Jika demikian haruslah serius,
Bekerja dengan penuh tanggung jawab, agar tidak mengecewakan orang).

Selain makna diatas tembang Durma dapat juga diartikan sebagai berikut:

Tembang durma bisa dqqiuraikan bahwa Durma berarti munduring tata krama (kemunduran etika/tata krama. Dalam cerita wayang purwa dikenal banyak tokoh dari kalangan “hitam” yang jahat. Sebut saja misalnya Dursasana, Durmogati, Duryudana.

Dalam terminologi Jawa dikenal berbagai istilah menggunakan suku kata dur/ dura ( nglengkara ) yang mewakili makna negatif ( awon) seperti yang saya sebutkan diatas tadi bahwa dur adalah sesuatu yang buruk. Sebut saja misalnya : duratmoko, duroko, dursila, dura sengkara, duracara (bicaraburuk), durajaya ,dursahasya , durmala , durniti, durta, durtama , udur , dst.

Tembang Durma , diciptakan untuk mengingatkan sekaligus menggambarkan keadaan manusia yang cenderung berbuat buruk atau jahat. Manusia gemar udur atau cekcok, cari menang dan benarnya sendiri, tak mau memahami perasaan orang lain. Sementara manusia cendrung mengikuti hawa nafsu yang dirasakan sendiri ( nuruti rahsaning karep ).  Walaupun merugikan orang lain tidak peduli lagi.

Nasehat bapak ibu sudah tidak digubris dan dihiraukan lagi. Lupa diri selalu merasa iri hati. Manusia walaupun tidak mau disakiti, namun gemar menyakiti hati. Suka berdalih niatnya baik, namun tak peduli caranya yang kurang baik. Begitulah keadaan manusia di planet bumi, suka bertengkar, emosi, tak terkendali, mencelakai, dan menyakiti. Maka hati-hatilah, yang selalu eling dan waspadha . Tembang durma ngemu sifat : galak, nesu. Inilah yang saya maksudkan dengan kemunduran etika tata krama.

Kemunduran itu sendiri dewasa ini sangat nampak jelas kita rasakan. Tidak hanya pada golongan muda, kaum alit, borjuis, religius, politikus, dan hampir disetiap golongan lapisan masyarakat kita. Parahnya jika manusia itu sendiri telah merasa bahwa dirinya adalah yang paling benar. Maka bisa dengan mudahnya ia akan menyalahkan orang lain tanpa lebih dulu mengkajinya. Udur-uduran (mengeyel dan berdebat) yang sebenarnya kadang tidak membawa guna bahkan lebih sering memecah belah.

Manusia tidak lagi menempatkan empatinya, kemunduran rasa prihatin dan tepo seliro (toleransi) mulai dikebiri. Layaknya bahwa ia adalah yang sepantas-pantasnya merasa ingin dihormati namun enggan menghormati manusia lainnya. Inikah kemunduran itu?

Banyak kaum muda yang kurang menaruh rasa hormat kepada orang tuanya, menjadi arogan dan menentang norma-norma sosial ataupun beragama. Tidak hanya pemuda, kaum religi pun juga tak kalah mengalami kemunduran etika. Etika untuk saling menghormati kepercayaan dan kekhusyukan ibadah orang lain. Inikah kemunduran?

Padahal dalam kehidupan bermasyarakat etika itu sangat diperlukan, agar kita tidak mudah terjebak dalam keakuan. Dalam perasaan yang merasa paling ingin diunggulkan. Ujungnya akan terselip sebuah keinginan untuk disanjung dan dielu-elukan. Ingin dipuji dan dinomorsatukan. Padahal jika kita sedikit saja merenungkan, pujian adalah jebakan. Jebakan yang menjadikan kita kufur tak tahu syukur atau justru akan berbalik membuat kita semakin interopeksi diri.

Mundurnya etika itu juga ditandai dengan sikap anti kritik. Menurut sebuah pepatah "Raja akan menjadi bodoh bila tidak mau mendengar kritik dari sang pembangkang, dan Pembangkang akan menjadi bodoh jika hanya tahu mengkritik tanpa mau menelaah apa yang telah raja kerjakan."

Orang lebih suka mengkritik perbuatan orang lain, tampil ke depan menjadi polisi moral tapi terkadang juga lupa akan dirinya sendiri. Mundurnya etika ini juga sering ditunjukkan oleh orang-orang besar negeri ini.

Saling tunjuk saling tikam sepertinya lumrah dan wajar, adu argumentasi pembenaran. Media-media cetak dan elektronik juga tak kalah dijadikan alat perhelatan ini.

Beberapa bulan ini malah kita hafal mulai dari Janji-janji mendukung soal berantas korupsi tapi nyatanya justru ia pelakunya sendiri, sumpah monas, sumpah pocong bahkan janji peti mati yang tak kalah ngeri-ngeri sedap didengar telinga. Sumpah-sumpah ini terasa sangat enteng diucapkan, bahkan berasa tak ada bebannya. Justru kesannya malah seakan berbicara kepada anak-anak TK. Ini suatu kemunduran etika-kah?

Berikut salah satu tembang Durma yang lain:

Mundur kang dadi tata krama
Dur iku duratmoko duroko dursila
Dur iku durmogati dursosono duryudono
Dur udur tan mampu nimbang rasa
Dur udur paribasan pari kena
Maknane nglaras rasa jroning durma
Sinom dhandanggula kang sinedya
Lali purwaduksina kelon asmaradana
Lali wangsiting ibu lan rama
Mangkono werdine gambuh durma
Amelet wong enom ing ngarcapada
Pan mangkono
Jarwane paribasan parikena

Artinya:Mundur (menjauhi) dari etika
Dur, itu pencuri, penjahat tak beretika
Dur, seperti Durmogati, Dursasana, Duryudana
Dur, mau menang sendiri, tak menimbang rasa
Dur, perumpamaan sekenanyaItu perumpamaan Durma
Remaja dalam mimpi-mimpi indah
Lupa segalanya berpeluk asmara
Lupa pesan Ibu Bapaknya
Seperti perumpamaan Gambuh dan Durma
Yang selalu memikat semua kaum remaja dalam kehidupan di muka bumi
Seperti itu,
maksud pengertian sekenanya.

Inilah filosofi Durma dan kemunduran etika yang dapat saya tuliskan. Tentu pembaca juga bertanya apa hubungannya dengan kata KUNTILANAK pada judul artikel?

Ada kalangan yang menyebutkan bahwa tembang durma yang terdengar magic dan mendayu merupakan sebuah mantra untuk memanggil kuntilanak. Tentu kita tidak asing dengan salah satu tembang durma yang menjadi Soundtrack film KUNTILANAK yang dibintangi oleh Julie Estelle. Berikut liriknya:

"Lingsir wengi sliramu tumeking sirno
Ojo Tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo
jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet..."

artinya :
Menjelang malam, dirimu(bayangmu) mulai sirna
Jangan terbangun dari tidurmu
Awas, jangan terlihat (memperlihatkan diri)
Aku sedang gelisah,
Jin setan ku perintahkan
Jadilah apapun juga,
Namun jangan membawa maut.

Dari lagu di atas, mari kita cermati liriknya lebih dalam lagi.

(Lingsir wengi sliramu tumeking sirno ojo Tangi nggonmu guling/ Menjelang malam, dirimu(bayangmu) mulai sirna jangan terbangun dari tidurmu)

Pada bait diatas sudah sangat jelas bahwa si penyanyi meminta (entah siapa yang diminta bisa jadi memang setan atau lelembut lainnya termasuk kuntilanak) jangan bangun atau jangan bangkit dari peristirahatannya ketika malam telah tiba.

(awas jo ngetoro aku lagi bang wingo wingo/ Awas, jangan terlihat (memperlihatkan diri)
Aku sedang gelisah)

Berikutnya dijelaskan bahwa Si penyanyi memintanya jangan menampakkan diri sebab ia sedang gelisah. Artinya tidak ingin diganggu.

(Jin setan kang tak utusi dadyo sebarang wojo lelayu sebet/ Jin setan ku perintahkan jadilah apapun juga, namun jangan membawa maut)

Nah, sangat jelas bukan pada bait ini bahwa si penyanyi meminta jin ataupun si setan menjadi apapun asal tidak membawa maut atau kekacauan.

Jadi dapat kita simpulkan sendiri bahwa tembang Durma Lingsir Wengi bukanlah tembang untuk memanggil Kuntilanak.

Semoga bisa saling memberikan manfaat dan sedikit menambah pengetahuan kita atau memperdalam tentang tembang-tembang jawa (Macapat) yang disebut Pupuh dalam bahasa Sunda. Sekiranya ada tulisan saya diatas yang tidak sesuai dengan senang hati saya terima kritik dan sarannya untuk melengkapinya. Terimakasih. Salam.

Friday, 22 February 2013

Jangan bawa Tuhan untuk memecah belah

Aku dari Jawa,
Pulau yang riuh dengan kepadatannya
Aku jawa,
Dengan segala etnik budayanya yang menuju binasa,
Binasa hilang tergusur retorika ambisi manusia.
Aku masih bagian dari Indonesia juga.
Masalahkah bila aku bukan Sumatera?
Bukan Kalimantan?
Bukan Sulawesi, Bali, Halmahera, Biak, Papua, Madura, Nusa Tenggara, Bawean, ataupun bukan Lombok?
Masalahkah bagi Indonesia?
Tidak.

Tapi,
Bagi penghianat-penghianat itu aku bisa saja dijadikan object kekisruhan karena aku Jawa.
Karena kalian Sunda,
karena kalian Nias,
Karena kalian Asmat,
Karena kalian Dayak,
Karena kalian Bugis.
Sehingga kita gampangnya diadu domba.

"Kamu bukan muslim?" Kafir
Pernah ku dengar itu.
Perduli apa, dia dengan keyakinan manusia lainnya?
Lantas, salahkan bila ada yang berbeda?
Dimana letaknya?

Pemuka-pemuka agama kini berubah,
Fanatiksme agama diajarkan berlebihan dari sembunyi-sembunyi hingga siar secara lantang.
Mengkafirkan yang tidak segolongan.
Yang tidak sewahamnya.
Disulap menjadi kaum kearab-kearaban yang tak mengerti esensinya.
Kebencian ditanamkan.
Dengan alasan menjaga keaslian aqidahnya.
Tidak semua kyai demikian,
masih ada yang benar-benar berhati manusia.
Tapi itu jadi manusia langka.

Lupa mereka sejarah Indonesia, iyakah?
Lupa pada Pattimura yang mengangkat pedangnya?
Lupa pada Imam Bonjol?
Lupa pada Pangeran Antasari?
Lupa pada H.O.S Tjokrominoto?
Sutan Syahir? Si Singamangaraja?
Bahkan bisa jadi tidak ingat akan
Silas Papare, Marten Indey,
W.Z Johannes, I gusti Ketut Jelantik?
Atau juga disingkirkannyakah bahwa perempuan-perempuan juga berjuang sebelum mereka.
Tjut Nya' Dien, apa dia ingat?
Martha Cristina Tijahahu,
Maria Walanda Maramis,
Dewi Sartika
Nyai Ahmad Dahlan?
Yang mereka ingat bisa jadi hanya dalil untuk mempolitisi.
Aku tak menuduh, tapi kenyataan berbicara seperti itu sekarang.
Saling tuding saling tikam.

Jauh, jauh sebelum kita ada.
Indonesia diperjuangankan tanpa melihat perbedaan.
Dengan darah yang sama merah
Dengan tulang yang sama putihnya.

Ngilu, ngilu tersendu aku dalam bingung pemahamku.
Raya berubah seperti ring pertempuran antara bromocorah.
Segala diharamkan,
Yang haram dihalalkan.
Sembunyi dibalik dalil-dalil Al-Qur'an
Menjadikannya tameng sebagai jalan jihad, katanya.
Jihad yang mana?
Jihad dengan pengeboman gereja?
Padahal disana banyak anak-anak kecil yang tak tahu juga salahnya.
Jihad dengan pengrusakan?
Jihad dengan bawa pentungan?
Damai itu mahal, ya Tuhan.
Hingga nyawa disembelih pun jua tak kunjung tiba.

Apa terlalu takut?
Jika ideologinya tercampuri,
Dari manusia-manusia yang dianggapnya penuh dosa.
Manusia mana yang ada dosa?
Picik.
Mencuci otak anak-anak muda dengan segala perlik.
Mencecoki dengan faham-faham kebencian.
Mencecoki dengan rasa empati yang disingkirkan.
Jihad itu Sahid.
Tapi jihad justru jadi salah kaprah.

Bilaku lantang bersuara,
Akan dikucilkan.
Akan dihantam.
Bisa jadi malah diterkam.
Mereka menyusup dalam sendi-sendi kekuasaan.
Mepolicik segala sesuatu dengan politisasi.
Menyalah artikan segala kewenangan.

Aku tak punya massa untuk dikerahkan menyerang,
Aku tak punya kuasa untuk dijadikan senjata,
Aku tak punya uang untuk membeli suara,
Tapi hanya nurani yang tak akan tergadaikan.
Aku hanya punya tinta untuk bersuara.
"Bubarkan, partai-partai yang mendompling diri dibalik dalil keislaman. Bubarkan."

Thursday, 21 February 2013

Jejak Soreku, Salahkan bila ia "berkebutuhan khusus"?

Sebuah pepatah pernah mengatakan bahwa, "Seseorang yang merasa dirinya terlalu sempurna tidak akan pernah bisa memiliki rasa simpati ataupun empati, tapi hati justru akan mati". Terlepas dari kesempurnaan kembali saya masuk ke dalam ruang manusia yang tak sempurna. Ya salah satunya adalah anak-anak dengan Special Needs.

Anak adalah sebuah cerita yang ditulis orang tuanya. Begitulah, walau saya belum menjadi orang tua. Tapi secara logis apa yang terjadi pada anak adalah cermin perlakuan orang tua terhadap anaknya.

Pertamanya ia akan sangat menakjubkan dengan segala kelucuannya kemudian tumbuh dengan kenakalan-kenakalannya. Dan akhirnya akan menuju dua arah, membanggakan atau justru mencengangkan dengan polah tingkahnya.

Hidup bersama anak-anak dengan "kebutuhan khusus" mengingatkan saya pribadi khususnya bahwa hendaknyalah para orang tua itu menyayangi anak-anaknya dengan segala takdir pembawaan yang ia terima dari-Nya. Bukan, sungguh bukan dengan menghardik dan memukulnya ia akan mengerti apa yang orang dewasa sampaikan. Sungguh, bukan pula dengan hujatan dan omelan ia akan menuruti setiap perkataan orang disekitarnya. Ada banyak bahasa yang lebih dari itu semua, pelukan dan kasih sayang.

Bagaimana pun bagi seorang ibu. Anak-anak adalah kebangganya, lantas tatkala si anak tumbuh tidak sesuai harapannya haruskah sebagai ibu menyesalinya? Sikap polos dan tidak merasa bersalah tentunya akan menjadi pemandangan sehari-hari. Kenakalan yang melebihi batasan anak normal pada umumnya, cara berpikir yang lambat, tidak mampu berbicara dengan jelas atau pun cacat fisik seharusnya tidak menjadi alasan bagi siapa pun membedakannya.

Miris sekali ketika saya mendengar, "Oh anaknya idiot ya" kemudian serta merta si ibu ngomel didalam lift kepada anaknya. Memukul-mukul tangannya dan si bocah itu masih senyum-senyum tidak mengerti dengan kesalahannya. Sambil sesekali ilernya netes didagunya. Sebagai masyarakat juga, hendaknyalah kita tidak menilai sepihak saja.

They realy need your arm, Hug and kiss them. Love them. Saya sungguh hanya ingin bergegas meninggalkan pemandangan itu, berlari ke ruang kelas piano dan bergegas memeluk Juju-ku si anak cerdas dengan segala kemampuannya yang luar biasa.

(Jejak soreku)

BraemarHill, 26 Januari 2013

Kidung Menjelang Subuh

Gemuruh, hatiku penuh riuh.
Jelas wajahmu masih membekas, masih tetap berada pada pandanganku.
Aku tak perlu mata untuk merasakan hadirmu dengan kasat.
Sebab hadirmu telah melekat pada setiap sekat-sekat jiwaku.

Ku tulis ini tepat pukul tiga lewat tujuh menit .
Masih terjaga aku.
Seperti puncak rasa yang mungkin engkau jua tak tahu.

PadaNya aku titipkan jiwaku, rasaku dan segala harapku.
Tak ada bagiku tempat memohon selain ke pintu rumahNya.

Tuhan, biarkan airmata terus menetes.
Biarkan tangis ini mengingatkanku.
Kala hatiku tak terbendung indah namanya menenangku.

Jika bukan dimensi yang ini,
Di dimensi lain pun akan ku nanti.
Debur-debur ombak lautan hati.

Jika ragaku dan ragamu tidak bertemu,
Tapi jiwaku akan terus abadi bersamamu.

Kita tidak sendiri.
Ada Allah yang menyertai.

Tuhan, aku titipkan ia kepadaMu.
Seperti aku serahkan jiwa dan tubuhku kepadaMu.
Juga cintaku.

Jika ini memang cinta,
Allah akan menunjukan takdirnya meski hingga lima atau sepuluh bilangan lagi.
Jika ini cinta kirimkan pesan ini kepadanya.
Biarkan lirik demi liriknya mencari takdirnya sendiri.
Af.

Braemar Hill 21 Februari 2013
03:16 am.

Wednesday, 20 February 2013

Semesta Rasa, Kinaya (part 1)

Langkahnya jelas sekali terdengar tergesa-gesa. Entahlah, yang jelas aku mengamatinya sejak tadi. Bahkan seakan ia juga tak melihatku ada. Atau memang aku dianggap tidak ada. Pikiranku semakin kacau, semakin tidak karuan. Berkali-kali aku memperhatikannya sibuk dengan telepon genggamnya. Urusan kantorkah? Mungkin.

"Mas, makanlah dulu. Keburu dingin makanannya." aku tetap mencoba seperti biasanya. Tenang, tanpa irama penghakiman.

"Aku tidak lapar, makanlah dulu dengan Dio." pintanya.

Dio, adalah anak semata wayang kami sejak 10 tahun pernikahan ini. Dia baru 8 tahun, dengan sebuah kelainan Cerebral Palsy tipe Hypotonic.
Hypotonic sebuah diagnosa yang membuatku sontak meneteskan airmata.

Anak-anak penderita hypotonic memiliki otot-otot yang sangat lemah sehingga seluruh tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang jadi spastic atau athetoid yang juga bisa berkombinasi dengan gangguan epilepsi, mental, belajar, penglihatan, pendengaran, maupun bicara. Begitu juga, Dio. Ia tidak bisa bermain bebas dengan anak-anak seusianya. Bahkan untuk makan dan minum ia harus berada pada sandaran kursi rodanya.

Terapi demi terapi belum juga membawa hasil yang seperti kami inginkan. Dio, ia tak bisa berbicara dengan normal. Tidak juga pendengarannya. Tidak juga daya tangkap otaknya.

Aku urungkan niatku untuk mengganggu mas Adit di ruang kerjanya. Salah satu kamar kosong dirumah kami yang ia sulap sebagai ruang kerja, tempatnya berjam-jam mengerjakan data-data dari proyeknya. Aditya Widjaya, suamiku.

Aku bergegas menghampiri Dio. Kusuapi bubur halus bercampur olahan daging dan sayur yang aku masak khusus untukknya. Sejak kelahirannya, aku telah memutuskan berhenti bekerja disalah satu media cetak. Aku memilih konsentrasi merawat Dio secara lebih intensif, aku melakukkannya sendiri. Tanpa baby sister menyentuhnya, kalau pun ada mbak Ratna dirumah tugasnya adalah membantuku membereskan rumah saja. Tapi Dio sepenuhnya tanggungjawabku.

Aku dulu sempat kecewa. Aku marah. Aku merasa ini tidak adil. Kenapa Dio, kenapa harus malaikat kecilku yang seperti ini? Aku sering meminta keadilan, tapi Tuhan tidak mendengar. Pikirku.

Tapi ada mas Adit yang menguatkankku, ia membuka mata hatiku untuk menerima Dio secara utuh. Orang tua mana yang tega melihat anaknya tidak normal? Belum lagi, beban mental dari lingkungan. Aku merasa anakku dikucilkan. Tidak diterima. Ada yang bilang ini karma. Ini kutukkan. Ini adalah hasil perbuatan kami yang keliru. Kalian tidak akan merasakan posisiku yang mengandungnya 9 bulan 10 hari. Kalian tidak merasakan sakitnya melahirkannya. Protesku suatu hari.

Aku rindu dengan hari-hari yang aku lalui bersama mas Adit yang sosoknya perlahan menghilang dariku beberapa hari ini. Dia aneh, dia tak seperti biasanya. Acuh.

"Aya, hari ini aku tidak makan malam dirumah. Ada meeting dengan relasi, mungkin pulang agak malaman." Tut...tut...tut... Sambungan telepon terputus. Entahlah hal itu membuatku semakin menaruh curiga. Kekhawatiran atau cemburukah? Tapi mas Adit bukan tipe laki-laki yang mudah bermain perempuan. Aku mengenalnya sudah hampir 20 tahun lebih. Bahkan sejak kami masih sama-sama SMA. Lalu ia pindah ke Yogya meneruskan kuliahnya dan aku masih tetap di Surabaya sampai menunggu 2 tahun kelulusanku.

Konsentrasiku terhadap Dio kini terbagi. Ada apa dengan mas Adit? Sikapnya semakin dingin, semakin tidak bisa aku mengerti. Entahlah, siang itu aku ingin mencari tahu atas kecurigaanku. Aku masuk ke ruang kerjanya, aku tahu ini salah. Tapi rasa penasaranku tak bisa dibendung, aku berharap ada sesuatu yang bisa aku temukan disana. Apapun itu.

Tiga hari kemudian. Kulihat mas Adit terkulai lemas di sofa. Aku ditemani mbak Ratna baru saja pulang dari Rumah sakit mengantarkan Dio terapi. Sigap mbak Ratna mengambil alih Dio dan membawanya ke kamarnya.

"Mas Adit baik-baik saja?" selidiku mendekatinya.
"Kinaya, aku ingin berbicara serius padamu."
"Ada apa mas?"

Lama ia terdiam tanpa kata, bahkan hampir setengah jam lamanya. Hanya kepalaku ditarik diatas bahunya. Sesekali dielus permukaan jilbab hijau penutup kepalaku. Dalam hatiku masih tersimpan banyak tanya, terlebih setelah ku temukan foto seorang perempuan yang aku kenal di laci meja kerjanya kemarin.

Mas Adit masih menahan kalimatnya. Raut mukanya kacau tak terbentuk lagi. Sampai akhirnya kalimat itu diucapkannya juga. 'Larasati mengandung janinku' Larasati, Larasati sahabatku sendiri yang menjanda itukah. Amuk. Hatiku semakin hancur tidak terbentuk. Tiba-tiba aku menjadi sangat membencinya. Sangat.

"Nikahi dia mas, tapi lepaskan aku dan Dio lebih dulu." tangisku tertahan. Hanya muka merah menyala dan segurat kebencian yang tak terkata.

Aku beranjak tanpa menambah sepatah kata apapun sambil bergegas menuju kamar Dio. Ku lihat Mbak Ratna memangkunya sambil memegangi pensil ditangannya. Digerakkannya walau tak sempurna. Walau hanya goresan-goresan tak terbaca. Aku segera mengambil alihnya.

"Mbak tolong tutup pintunya, aku hanya ingin berdua bersama Dio." Pintaku kepada mbak Ratna.

"Iya buk, mau saya bikinin teh atau jus?"
Aku hanya menggeleng.

Aku peluk erat Dio-ku, jantung hatiku. Ku ciumi setiap tubuhnya. Ku peluk lagi dengan sangat erat. Dan air mataku sudah tidak tertahan.

"Ma... Ma.. Ma...". Katanya yang terbata-bata. Tangannya mengusap airmataku dengan sangat lemah. Lalu ia, berusaha mengambil kertas gambar. Dengan susah payah ia gambar sebuah gambar hati. Aku semakin jatuh dalam kepiluan yang mendera. Tuhan, masihkah kau coba aku dengan semua ini? Sepuluh tahun, semua itu hancur secara tiba-tiba.

Aku masih berusaha menyapa mas Adit besok paginya. Ia bahkan telah hampir seminggu tidak menyentuh Dio. Aku memakluminya, karena ku pikir ia sudah terlalu sibuk dan aku tak mau menambah bebannya dengan soal Dio.

"Aya, kamu makan ini ya. Dio juga papa suapin ya." Mas Adit mengambil beberapa sendok nasi goreng ke piringku. Lalu beranjak menuju kursi Dio dan menyuapinya. Dulu pemandangan itu jadi aangat indah, tapi hari ini bagiku telah berubah menjadi sebuah basa-basi semata. Aku hanya menatapnya dingin, sesekali tersenyum menyentuh tangan Dio yang duduk tepat disampingku.

Aku tak berbicara apapun, tidak juga menuntut banyak hal setelah kejadian sore kemarin. Aku hanya menunggu kapan talak itu mas Adit berikan. Aku tak mau hidup dengan lelaki yang hatinya terbagi dengan wanita lain. Apa aku egois? Aku memintanya segera mungkin mengurus perceraian ini.

Hari-hariku sekarang hanya terfokus untuk Dio. Bahkan saat mas Adit tidak dirumah sekarang bukan lagi menjadi hal aneh. Justru kalau dia dirumah itu sangat aneh. Sering ia pulang larut malam dalam keadaan mabok berat. Atau menyendiri dekat kolam ikan belakang sambil menghabiskan berbungkus-bungkus rokok. Ia nampak kurus dari biasanya. Sementara keputusanku masih bulat, aku tak mau dimadu. Sebenarnya aku tak tega melihat kondisinya.

"Mas, tidurlah. Sudah jam 3 pagi." Aku pun akhirnya menemuinya di pinggiran kolam. Walau aku benci bau asap rokok itu. Mas Adit, tak berbicara sepatah katapun. Ia hanya membalikan badannya kearahku, memelukku erat. Perlahan kurasakan tetesan air hangat di bahuku yang berasal dari airmatanya.

Sunday, 17 February 2013

Negari, Gari-Gari Naga.

Jingga merah mata memanah,
jingga jengah dalam ogah berselimut sumgringah,
Tiada siapa peduli apa.
Jingga rentan, jingga bimbang jingga hilang.
Tak tau kapan berada dimana.
Semua sibuk,
Semua riuh,
Semua juga menganut penyakit akut,
Pura-pura pikun tak masalah bila tak runut.

Century dikebiri, gaungnya makin hilang ditelan bumi.
Hambalang jadi pialang, banyak pawang.
Semua mencari-cari selamat saling tunjuk saling hianat.
Pewayangan dari dzolimin mendzolimi dzolimin.
Isu meteor jatuh, menghapuskan gempar penyimpangan pajak penghuni Cikeas.

Media disibukkan berita-berita pesanan,
Hingga sulit kita bedakan mana asli mana buatan.

Yang satu ngoceh terus ngotot jadi presiden,
Yang satu bersantun ria seakan ia adalah korbannya.
Tunjuk ini tunjuk itu lalu hilang entah kemana.

Sandal jepit diorder lima tahunan,
Koruptor santun dapat potongan.
Bandar laknat amnesti diturunkan,
Korban tabrak motor dipidanakan
Sementara, sang anak menteri masih sekedar menjalani pemeriksaan.

Suap Sapi katanya konspirasi,
Diminta jadi saksi malah rencana kabur ke luar negeri.
Kong kalikong dibelakang bokong.
Aduhai, ini semrawut dari calon sebuah Negeri.

Rakyat negeri semut,
Koar-koar merencanakan maut sang ratu semut.

"Telah tak, tak tilah ketika tak.
Nasibku telah kau ketukan nada dasar.
Tak tau pelog atau selendro.
Tapi nasib adalah ritme,
Yang bisa diubah jika saja tak bersekutuku pada lirik."
Jingga mengoyak bukit-bukit ombak.

Ayda Idaa
(Negari, Gari-Gari Naga)
BraemarHill, 17 Februari 2013

Penganut Cuckoo

Telah kau koyak raga tanpa rupa
Namun, masih kau kata lupa.

Telah kau hisab tulang tanpa sukma
Dan, kau kata itu hanya.

Kau robek-robek genderang lambung menganga,
Kau sebut itu tak terencana.

Butir-butir asin biji keringat
Tak jua lepas engkau jilat.
Dan kau kata itu masih.

Telah kau palu nasib anak-anak tak berbapak tanpa emak,
Dan kau umumkan itu sedekah.
Tapi nyata, engkau jadikan perahan dibalik keren notah-notah kebijakkan.

Telah kau potong jari-jari tak berkuku
Mencari nasib atas kefasihan persaingan partai dan golonganmu
Kau jadikan bodoh dan seolah tak tahu,
Kau jadikan dungu menurut seleramu.

Berpuluh-puluh tahun nasib masih jua kau permainkan,
Dan kau kata itu harapan.

Dari dinasti berganti dinasti,
Dari jamannya orde lama digulingkan,
Orde baru dihancurkan,
Era reformasi dielukan,
Hingga tegak sistem presidensial.

Ke kanan bertemu macan,
Ke kiri ada singa,
Ke depan banyak buaya,
Dibelakang ayam-ayam mengorek-ngorek gundukkan tanah dan saling berebut makanan.

Cakar mencakar mayat dipersimpangan,
Baunya meledak hingga diperbatasan kuburan
Kau tahu itu nyata,
Tapi buta mata berlagak tiada apa
Seolah kau adalah korban paling sengsara.

Lupa kau,
Pada rel-rel kereta api belasan kepala dilindaskan

Ayda
BraemarHill, 17 Februari 2013

Sunday, 3 February 2013

CINDE CATURANGGA

Gincumu,
Bisa jadi adalah senjata penakluk lelaki-lelaki yang aslinya dungu.

Gincumu,
Bukan hanya merahnya yang menyala

Gincumu,
Adalah serangkai mantra pembuka topeng lelaki-lelaki dipersundalan kekuasaan.
Persundalan atas nama kebesaran yang mengadaikan etika.

Gincumu,
Ingsun alit yang melambungkan lelaki-lelaki genit hilang keperkasaannya.

Gincumu,
Yang dianggap biang keributan ketika lena memuncakan mereka dalam nikmat perkosaan zaman.

Gincumu,
Bisa meluluh lantahkan tatanan kedai "Ngabei" yang dihuni para senopati-senopati tak bernyali.
Nyalinya hanya sebatas urusan gincu yang merah tak peduli darah.

Gincumu,
Adalah nyanyian-nyanyian "candrika" yang mendayu.
Gincumu, adalah jalan pedang menghunus usus-usus yang lama terisi kebobrokan.

Gincumu itu,
Ingsun yang menari.
Tak sekedar lenggok menjual diri.
Sundal yang dijual oleh tuannya sendiri.
Sampai kelak menjadi Candarini.






Braemar Hill, 03 Februari 2013
Kain sutera berbunga tersusun lengkap
Ay