Sebuah pepatah pernah mengatakan bahwa, "Seseorang yang merasa dirinya terlalu sempurna tidak akan pernah bisa memiliki rasa simpati ataupun empati, tapi hati justru akan mati". Terlepas dari kesempurnaan kembali saya masuk ke dalam ruang manusia yang tak sempurna. Ya salah satunya adalah anak-anak dengan Special Needs.
Anak adalah sebuah cerita yang ditulis orang tuanya. Begitulah, walau saya belum menjadi orang tua. Tapi secara logis apa yang terjadi pada anak adalah cermin perlakuan orang tua terhadap anaknya.
Pertamanya ia akan sangat menakjubkan dengan segala kelucuannya kemudian tumbuh dengan kenakalan-kenakalannya. Dan akhirnya akan menuju dua arah, membanggakan atau justru mencengangkan dengan polah tingkahnya.
Hidup bersama anak-anak dengan "kebutuhan khusus" mengingatkan saya pribadi khususnya bahwa hendaknyalah para orang tua itu menyayangi anak-anaknya dengan segala takdir pembawaan yang ia terima dari-Nya. Bukan, sungguh bukan dengan menghardik dan memukulnya ia akan mengerti apa yang orang dewasa sampaikan. Sungguh, bukan pula dengan hujatan dan omelan ia akan menuruti setiap perkataan orang disekitarnya. Ada banyak bahasa yang lebih dari itu semua, pelukan dan kasih sayang.
Bagaimana pun bagi seorang ibu. Anak-anak adalah kebangganya, lantas tatkala si anak tumbuh tidak sesuai harapannya haruskah sebagai ibu menyesalinya? Sikap polos dan tidak merasa bersalah tentunya akan menjadi pemandangan sehari-hari. Kenakalan yang melebihi batasan anak normal pada umumnya, cara berpikir yang lambat, tidak mampu berbicara dengan jelas atau pun cacat fisik seharusnya tidak menjadi alasan bagi siapa pun membedakannya.
Miris sekali ketika saya mendengar, "Oh anaknya idiot ya" kemudian serta merta si ibu ngomel didalam lift kepada anaknya. Memukul-mukul tangannya dan si bocah itu masih senyum-senyum tidak mengerti dengan kesalahannya. Sambil sesekali ilernya netes didagunya. Sebagai masyarakat juga, hendaknyalah kita tidak menilai sepihak saja.
They realy need your arm, Hug and kiss them. Love them. Saya sungguh hanya ingin bergegas meninggalkan pemandangan itu, berlari ke ruang kelas piano dan bergegas memeluk Juju-ku si anak cerdas dengan segala kemampuannya yang luar biasa.
(Jejak soreku)
BraemarHill, 26 Januari 2013
jadi inget dengan skripsi ku, yg membahs tentang ini juga dari segi perlindunganx...
ReplyDelete