Searching

Thursday, 21 February 2013

Kidung Menjelang Subuh

Gemuruh, hatiku penuh riuh.
Jelas wajahmu masih membekas, masih tetap berada pada pandanganku.
Aku tak perlu mata untuk merasakan hadirmu dengan kasat.
Sebab hadirmu telah melekat pada setiap sekat-sekat jiwaku.

Ku tulis ini tepat pukul tiga lewat tujuh menit .
Masih terjaga aku.
Seperti puncak rasa yang mungkin engkau jua tak tahu.

PadaNya aku titipkan jiwaku, rasaku dan segala harapku.
Tak ada bagiku tempat memohon selain ke pintu rumahNya.

Tuhan, biarkan airmata terus menetes.
Biarkan tangis ini mengingatkanku.
Kala hatiku tak terbendung indah namanya menenangku.

Jika bukan dimensi yang ini,
Di dimensi lain pun akan ku nanti.
Debur-debur ombak lautan hati.

Jika ragaku dan ragamu tidak bertemu,
Tapi jiwaku akan terus abadi bersamamu.

Kita tidak sendiri.
Ada Allah yang menyertai.

Tuhan, aku titipkan ia kepadaMu.
Seperti aku serahkan jiwa dan tubuhku kepadaMu.
Juga cintaku.

Jika ini memang cinta,
Allah akan menunjukan takdirnya meski hingga lima atau sepuluh bilangan lagi.
Jika ini cinta kirimkan pesan ini kepadanya.
Biarkan lirik demi liriknya mencari takdirnya sendiri.
Af.

Braemar Hill 21 Februari 2013
03:16 am.

No comments:

Post a Comment